Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong munculnya blok ekonomi baru saat berbicara sebagai panelis terhormat di Forum Ekonomi dalam rangkaian The World Goverment Summit 2025 di Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu.
Menurutnya, blok ekonomi baru dibutuhkan seiring meningkatnya tensi global.
Meningkatnya tensi global bakal berimplikasi terhadap perdagangan, investasi, dan stabilitas geopolitik.
"Blok ekonomi regional seperti ASEAN berperan sebagai buffer yang vital untuk menjaga stabilitas ekonomi di kawasan, di tengah perang dagang Amerika Serikat dan China," ujar Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: RI-UEA sepakati peningkatkan kerja sama perdagangan
Baca juga: Rektor Unair kukuhkan mahasiswa baru program pascasarjana tahun 2024/2025
Sesi panel dihadiri Menteri Ekonomi UEA Abdulla Bin Touq, Menteri Keuangan Turki Mehmet Simsek, serta Menteri Ekonomi dan Pembangunan Arab Saudi, Faisal F. Alibrahim.
Adapun The World Government Summit 2025 merupakan pertemuan tahunan yang diselenggarakan sejak 2013 di Dubai UEA.
Tujuan acara ini yakni untuk mendorong kolaborasi inovatif internasional dalam rangka memajukan pemerintahan dan pembangunan ekonomi global yang berkelanjutan.
Di hadapan menteri beberapa negara sahabat, Airlangga juga menyampaikan optimisme mengenai perkembangan perundingan Indonesia-Gulf Cooperation Council (GCC) FTA yang sedang berlangsung.
Ia menegaskan, melalui kerja sama ini, Indonesia dapat membangun kolaborasi dalam sektor kritikal seperti energi, keuangan dan infrastruktur dengan negara-negara Teluk.
Baca juga: Airlangga bertemu CEO Masdar
Dirinya menilai, membangun kemitraan yang baik dengan semua pihak merupakan prioritas Indonesia dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tangguh.
Dengan ekonomi yang mencapai 1,3 triliun dolar AS dan populasi lebih dari 200 juta jiwa, Indonesia sangat menyambut baik kerja sama dengan berbagai negara serta forum internasional seperti ASEAN, GCC (Dewan Kerjasama Negara Teluk), dan IPEF (Kerangka Kerjasama Ekonomi Indo-Pacific).
"Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global, pembiayaan infrastruktur, dan kolaborasi teknologi, yang sangat penting untuk mencapai target pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia sebesar 8 persen,” terangnya.