Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengatakan Gerakan Keluarga Maslahat yang diluncurkan pada September 2023 merupakan bagian pengabdian Nahdlatul Ulama (NU) untuk masyarakat di Indonesia.
Yahya Cholil saat membuka Kongres Gerakan Keluarga Maslahat di Jakarta, Jumat, menyebutkan Gerakan Keluarga Maslahat merupakan pengabdian atau khidmat NU kepada masyarakat. Bahwa khidmat itu seharusnya terwujud ke dalam pelayanan pengasuhan, pembinaan keluarga-keluarga. Kongres Keluarga Maslahat NU merupakan bagian dari rangkaian Hari Lahir ke-102 Nahdlatul Ulama, yang berlangsung sejak 16 Januari hingga 7 Februari 2025.
Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) ini persis seperti apa yang dilakukan kiai-kiai di desa-desa yang memberikan pendampingan dan edukasi perihal keluarga bagi masyarakat sekitar.
Para kader Gerakan tidak hanya memberikan wawasan keagamaan, tetapi termasuk wawasan strategi keuangan, kesehatan, perekonomian, hingga pendidikan.
Persis seperti khidmat yang dilakukan oleh para kiai bahwa di dalam perannya di tengah-tengah jamaah memberikan wawasan keagamaan, wawasan strategi, sampai sasaran praktis.
Di tengah sejumlah program keluarga, Gus Yahya juga akan meluncurkan gerakan pershalatan karena segala sesuatu yang menyangkut kemaslahatan hidup dimulai dengan shalat.
Gerakan ini mengajak keluarga untuk mulai mengerti, belajar memahami, berbagai macam soal pershalatan mulai taharah sampai tata cara shalat.
Gerakan pershalatan ini harus kita bangun dan kembangkan kita sendiri. Tidak harus menunggu dengan pihak manapun, harus kita rancang dan eksekusi sendiri.
Sebelumnya Sekretaris Tim Materi Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama Alissa Wahid menyampaikan bahwa Gerakan Keluarga Maslahat telah menjangkau 1,5 juta keluarga Indonesia.
Gerakan Keluarga Maslahat selama dua tahun ini telah berhasil menyentuh 1,5 juta keluarga, lebih dari 5 ribu calon pengantin, 3 ribu balita, 30 ribu remaja, hampir 300 sekolah dan madrasah yang terlibat, dan tentu seluruh masyarakat di akar rumput yang ikut terlibat.
Alissa juga menyoroti pentingnya NU turut melakukan penajaman terhadap gerakan-gerakan kemaslahatan keluarga untuk menanggapi banyaknya kasus-kasus kekerasan keluarga.
Penting bagi NU untuk melakukan penajaman, karena seperti yang kita ketahui, banyak terjadi kekerasan keluarga, kemudian ada digitalisasi kehidupan yang dampaknya pada keluarga, sehingga kita perlu mengembangkan strategi yang lebih baik.
Dalam dua tahun terakhir wilayah program Gerakan Keluarga Maslahat sudah ada di 10 provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Gerakan Keluarga Maslahat telah mengimplementasikan beberapa program antara lain program bimbingan keluarga pada 891 desa di lima provinsi dan mencapai lebih dari satu juta keluarga, bimbingan perkawinan pranikah yang menjangkau 3.100 calon pengantin di 62 kabupaten/kota.
Lalu program percontohan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah menjangkau 247 siswa. Selain itu juga Program Cegah Stunting Perspektif Agama yang telah diimplementasikan di 39 desa, 19 kabupaten/kota di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten.
Gerakan Keluarga Maslahat memiliki misi mewujudkan kemaslahatan keluarga Indonesia khususnya keluarga NU dengan khidmah yang solid dan terintegrasi. Gerakan ini ini sendiri akan berfokus pada hajat keluarga Indonesia seperti pencegahan stunting anak, bimbingan keluarga sakinah, pemberdayaan ekonomi keluarga, kesehatan gizi, dan program lain yang menyentuh keluarga Indonesia.
Ada sejumlah sasaran dari Gerakan Keluarga Masalah, yakni relasi keluarga maslahat, keluarga sehat, keluarga sejahtera, keluarga terdidik, keluarga moderat, dan keluarga cinta alam. Gerakan Keluarga Maslahat ini sesungguhnya yang menjadi harapan semua keluarga Indonesia, khususnya keluarga Nahdlatul Ulama. Ada jutaan keluarga Indonesia yang berharap penuh agar keluarga mereka akan lebih baik daripada masa-masa sebelumnya.
Baca juga: Muhammadiyah: Selamat harlah ke-102 NU
Baca juga: 102 Tahun NU di era "Peradaban Digital" Indonesia