Jakarta (ANTARA) - Perayaan Tahun Baru Imlek merupakan salah satu tradisi yang telah lama dijalankan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia dan banyak negara Asia lainnya.
Tidak hanya sebagai momen untuk merayakan pergantian tahun menurut kalender lunar, Imlek juga sarat dengan nilai-nilai budaya yang mendalam, yang memiliki potensi besar untuk memperkuat keharmonisan sosial dan menjaga stabilitas bangsa.
Dalam konteks Indonesia, yang memiliki keberagaman suku, agama, ras, dan golongan (SARA), perayaan Imlek dapat memainkan peran penting dalam mencegah disintegrasi sosial dan meningkatkan toleransi antar-kelompok masyarakat.
Imlek merupakan salah satu tradisi tertua di dunia, yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Di Indonesia, perayaan Imlek tidak hanya dimiliki oleh warga keturunan Tionghoa, tetapi juga mulai melibatkan masyarakat dari berbagai latar belakang etnis dan agama, terutama setelah kebijakan reformasi yang memungkinkan kebebasan beragama dan berbudaya.
Sejak diperbolehkan kembali dirayakan pada tahun 2000, setelah sebelumnya dilarang selama Orde Baru, Imlek menjadi salah satu perayaan penting yang merayakan kebhinekaan Indonesia.
Selain menjadi simbol pergantian tahun, Imlek mengandung makna tentang keberuntungan, kebersamaan, dan pembaharuan hidup, yang sering disertai dengan ritual-ritual keluarga dan kegiatan sosial, seperti pemberian angpao, makan bersama, dan mengunjungi kerabat serta teman-teman.
Salah satu nilai utama yang dapat diambil dari perayaan Imlek adalah toleransi sosial. Imlek merupakan perayaan yang tidak hanya melibatkan komunitas Tionghoa, tetapi juga masyarakat dari berbagai latar belakang etnis dan agama.
Puncak perayaan Imlek sering kali diwarnai dengan berbagai acara terbuka yang melibatkan masyarakat umum, seperti festival budaya, pameran seni, dan pertunjukan musik. Dalam acara-acara tersebut, orang-orang dari berbagai latar belakang seringkali berinteraksi, saling mengenal budaya satu sama lain, dan belajar untuk menghargai keberagaman yang ada.
Hal ini penting di tengah kondisi Indonesia yang memiliki banyak tantangan dalam hal menjaga stabilitas sosial. Di beberapa daerah, ketegangan antar-kelompok etnis atau agama masih terjadi, dan perayaan seperti Imlek bisa menjadi kesempatan untuk menciptakan jembatan antar-kelompok.
Imlek memberi ruang bagi masyarakat untuk merayakan keberagaman dan mewujudkan kebersamaan, yang pada gilirannya dapat memperkuat kohesi sosial.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, terdapat sekitar 7 juta warga keturunan Tionghoa di Indonesia, yang sebagian besar tinggal di wilayah perkotaan.
Meskipun demikian, masyarakat Tionghoa tetap menjadi bagian penting dari struktur sosial dan ekonomi negara. Kegiatan budaya seperti perayaan Imlek sering kali menciptakan ruang dialog antara komunitas Tionghoa dengan komunitas lainnya, mengurangi prasangka, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya hidup berdampingan dalam keberagaman.
Menanggulangi disintegrasi bangsa
Sebagai negara dengan keberagaman yang sangat tinggi, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu ancaman terbesar terhadap stabilitas sosial adalah potensi disintegrasi bangsa yang dapat terjadi akibat ketegangan antar-kelompok etnis, agama, atau golongan.
Perayaan Imlek, yang membawa pesan kebersamaan, dapat memainkan peran penting dalam mengurangi potensi disintegrasi tersebut.
Menurut Lembaga Survei Indonesia, meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai dalam hal toleransi, Indonesia masih menghadapi isu-isu SARA yang sering memicu ketegangan, terutama dalam konteks pemilu, isu agama, atau kebijakan yang tidak adil terhadap kelompok minoritas.
Perayaan Imlek bisa menjadi wadah untuk menumbuhkan rasa saling memahami dan menerima perbedaan, yang sangat dibutuhkan untuk memperkuat persatuan bangsa.
Selain aspek sosial dan budaya, perayaan Imlek juga memiliki kontribusi penting terhadap pembangunan ekonomi. Di banyak kota besar di Indonesia, perayaan Imlek telah menjadi ajang pariwisata yang mendatangkan banyak wisatawan domestik maupun internasional.
Kegiatan-kegiatan seperti pameran seni, bazar, dan pertunjukan budaya Tionghoa sering kali menarik perhatian wisatawan, yang pada gilirannya meningkatkan sektor ekonomi lokal.
Misalnya, kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan sering mengadakan festival Imlek yang tidak hanya menjadi ajang perayaan budaya, tetapi juga sebagai peluang untuk sektor UMKM dan industri pariwisata lokal. Perayaan ini membuka peluang bagi para pengusaha kecil dan menengah (UMKM) untuk mempromosikan produk mereka, yang memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah.
Pada tahun 2020, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia melaporkan bahwa pariwisata berbasis budaya, termasuk perayaan Imlek, berpotensi menjadi sektor yang berkontribusi signifikan terhadap pendapatan negara. Dalam konteks ini, Imlek bukan hanya berfungsi sebagai sarana untuk menjaga harmoni sosial, tetapi juga dapat memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat luas.
Imlek dan stabilitas sosial
Menurut Prof DR Endang Turmudi, seorang pakar sosiologi dari Universitas Gadjah Mada, perayaan Imlek dapat memainkan peran kunci dalam menjaga stabilitas sosial karena perayaan ini menekankan pada nilai-nilai kebersamaan, keberagaman, dan saling menghormati.
"Imlek menjadi simbol bahwa dalam masyarakat Indonesia yang plural, setiap kelompok memiliki hak yang sama untuk merayakan budaya dan tradisinya. Hal ini penting untuk menjaga rasa saling menghargai dan memperkuat persatuan," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Dr Arief H P Setyawan, seorang ahli kebijakan publik dari Universitas Indonesia, bahwa perayaan Imlek yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, dapat menjadi momentum untuk memperkuat hubungan antar kelompok sosial.
"Momen seperti Imlek memberikan kesempatan bagi masyarakat dari latar belakang yang berbeda untuk berinteraksi dan memahami satu sama lain. Ini adalah langkah penting untuk mengurangi ketegangan sosial dan membangun rasa nasionalisme yang lebih kuat," ungkapnya.
Meskipun perayaan Imlek memiliki banyak potensi dalam membangun stabilitas sosial, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah kecenderungan stereotip atau prasangka yang masih ada terhadap kelompok-kelompok tertentu, termasuk masyarakat Tionghoa.
Selain itu, ketegangan politik yang muncul menjelang pemilu atau dalam konteks isu-isu SARA juga dapat mempengaruhi keharmonisan dalam merayakan Imlek.
Namun, dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya toleransi dan kebersamaan, serta dukungan dari berbagai pihak, perayaan Imlek dapat terus memainkan peran penting dalam memperkuat jati diri bangsa Indonesia yang inklusif dan damai.
Dengan dukungan penuh dari masyarakat dan pemerintah, perayaan Imlek dapat terus menjadi alat yang efektif dalam membangun stabilitas sosial dan persatuan bangsa Indonesia yang lebih harmonis dan berkelanjutan.
*) Dr M Lucky Akbar SSos MSi adalah Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan Jambi