Bogor (Antara Megapolitan) - Ekosistem terumbu karang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, dan diduga akan terakselerasi bila ada proyek reklamasi di sekitarnya. Perubahan itu akan berakibat pada kemampuan ekosistem untuk bertahan dan pulih dari gangguan/perubahan iklim global.
Tiga orang pakar dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Agustinus M. Samosir, Ario Damar dan Hadiana melakukan penelitian terkait implikasi Giant Sea Wall (GSW) bagi ekosistem terumbu karang di Teluk Jakarta.
Studi ini dilakukan antara lain untuk mengkaji dampak tersebut. Lebih lanjut, studi ini bertujuan memetakan resiliensi terumbu karang Teluk Jakarta berdasarkan status, fungsi dan layanan ekosistem, serta menyediakan langkah-langkah pengelolaan, baik untuk terumbu karang maupun proyek GSW itu sendiri.
Agustinus mengatakan, hasil sementara yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan hampir semua terumbu karang di Teluk Jakarta sudah mati atau hancur sebelum adanya proyek reklamasi ataupun tanggul raksasa, baik karena pencemaran, penambangan maupun illegal fishing.
Hanya Pulau Pari yang berada sedikit di luar teluk yang kondisinya cukup baik, walaupun sedikit terdepresi akibat debu reklamasi yang berasal dari kapal pengangkut sedimen.
Betapa pun dibanding dengan kondisi sebelum proyek, kualitas air mengalami perbaikan akibat terperangkapnya pencemar dan sedimen di belakang pulau-pulau buatan.
Khusus Pulau G, telah terjadi proses erosi/deklamasi akibat dihentikannya proses reklamasi. Karenanya, peneliti ini merekomendasikan untuk meneruskan reklamasi Pulau G, tapi tidak untuk proyek tanggul raksasa yang berisiko sangat tinggi baik ekologis, sosial maupun ekonomis. (ir/nm)