Semarang, Jawa Tengah (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyatakan siap mengembangkan model budidaya rajungan di Jepara, Jawa Tengah, pada tahun 2025, untuk meningkatkan produksi dan mendukung keberlanjutan sektor kelautan serta perikanan di wilayah tersebut.
"Modeling yang akan kita buat itu salah satunya adalah tadi permintaan dari (nelayan) Jepara itu adalah soal rajungan," kata Trenggono di sela inspeksi ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) PT Tilapia Nusantara Jaya di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu.
Trenggono menyampaikan hal itu, merespons Ketua Forum Komunikasi Nelayan Rajungan Nusantara (Forkom Nelangsa) Jepara, Mustain yang menyatakan perlu adanya budidaya rajungan di Jepara, karena permintaan mencapai 1 ton per hari.
Oleh karena itu, Trenggono menyampaikan bahwa modeling budidaya yang akan dilakukan sebagai inisiatif untuk meningkatkan produksi rajungan dan mendukung keberlanjutan sektor kelautan serta perikanan di wilayah tersebut.
Dia menekankan pentingnya perubahan dari penangkapan rajungan di laut menuju budidaya untuk menciptakan kestabilan produksi yang lebih terkontrol.
Baca juga: Indonesia berhasil kembangkan rajungan secara budi daya
Menurut dia, salah satu alasan pengembangan budidaya rajungan ini adalah keberhasilan dalam pembuatan hatchery atau tempat pemijahan.
Dengan kemampuan untuk memproduksi benih rajungan dan membesarkannya, Trenggono berharap bisa memastikan kelangsungan produksi rajungan yang berkelanjutan.
"Rajungan ini selama ini masih menangkap dari laut. Nah, karena kita sudah mampu membuat hatchery, lalu kemudian membuat anakan yang kita bisa besarkan. Artinya bisa sustain, bisa berkelanjutan. Nah ini yang akan kita buat untuk kemudian kita buat model dalam satu skala tertentu di Jepara," jelas Trenggono.
Menurut dia, model budidaya rajungan ini dirancang dengan skala tertentu di Jepara. Dengan demikian, masyarakat pesisir Jepara yang selama ini bergantung pada penangkapan rajungan di laut dapat beralih ke kegiatan pembudidayaan rajungan.
"Kalau ini bisa terjadi nanti seluruh penangkap rajungan itu kita bisa geser mereka menjadi pembudidaya," imbuh Trenggono.
Baca juga: Peneliti IPB: Komoditas rajungan potensial dikembangkan di Indonesia
Sementara itu Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan bahwa pihaknya siap menjalankan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam mengembangkan model budidaya rajungan di Jepara.
Ia menjelaskan bahwa KKP telah berhasil mengembangkan teknologi budidaya rajungan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan yang dapat diterapkan di Jepara untuk mendukung pengembangan sektor perikanan.
Menurut Tb, teknologi yang diterapkan di Takalar menggunakan metode "individual compartment" atau pemeliharaan satu per satu. Metode ini penting karena rajungan memiliki sifat kanibal, di mana mereka cenderung saling memangsa satu sama lain.
Dengan menggunakan teknologi ini, tingkat kematian rajungan dapat dikendalikan, pertumbuhannya dapat dipantau dengan baik, dan penyakit dapat dicegah.
Dia menyebutkan bahwa teknologi yang dikembangkan di Balai Takalar telah berjalan selama dua tahun dan kini telah berhasil memijahkan serta membesarkan rajungan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Meskipun pengembangan teknologi ini dimulai di Takalar, Tb menyatakan bahwa model budidaya rajungan dapat diterapkan di daerah lain, termasuk Jepara.
"Jadi dengan teknologi seperti ini sudah oke ini. Tingkat kematiannya sudah bisa kita kendalikan, kontrol pertumbuhannya, penyakit, dan seterusnya. Jadi kita sudah bisa dan kita akan bikin modeling. Barusan tadi arahannya di Jepara, oke kita akan coba," kata Tb.
Baca juga: APRI nyatakan budi daya rajungan peluang menuju keberlanjutan "ekonomi biru"
Target pengembangan model budidaya rajungan ini di Jepara ditargetkan untuk dimulai pada tahun 2025.
Dia berharap bahwa dengan adanya pengembangan ini, Jepara dapat menjadi pusat budidaya rajungan di wilayah Pantura, sejalan dengan pengembangan budidaya kepiting yang sudah berjalan di Takalar.
Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Nelayan Rajungan Nusantara (Forkom Nelangsa) Jepara, Mustain menyatakan perlu adanya budidaya rajungan di Jepara, karena permintaan mencapai 1 ton per hari.
"Memang kami menyadari untuk terkait penyerapan produksi (rajungan) di Jepara per hari nya kurang lebih 1 ton, kalau yang kemarin kekuatannya itu pasca panen hanya 1 kuintal. Mudah-mudahan dengan adanya fasilitas kita bisa meningkatkan terkait pembuatan tempat atau mini plant," kata Mustain.