Purwakarta (Antara Megapolitan) - Dalam kegiatan "Ngaruwat Bumi" tersebut warga Kampung Banceuy memenuhi jalanan desa
setempat dan mengabadikan momen iring-iringan dongdang atau alat yang
biasa digunakan untuk mengangkut hasil panen berupa padi, buah-buahan,
sampai sayuran.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menilai kehidupan tradisi masyarakat Jawa Barat berupa "Ngaruwat Bumi" yang biasa digelar masyarakat pedesaan dapat menjadi salah satu ikon pariwisata jika dikelola dengan baik.
"Kegiatan seperti ini (Ngaruwat Bumi) bisa menjadi potensi wisata yang sangat bagus jika dikelola dengan baik. Bahkan bisa menjadi daya tarik wisata," katanya dalam Ngaruwat Bumi, di Subang, Rabu.
"Ngaruwat Bumi" sendiri merupakan tradisi yang biasa digelar sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil pertanian yang melimpah. Biasanya, waktu pelaksanaannya bersamaan dengan pergantian Tahun Baru Islam.
"Warisan orang tua kita harus dijaga. Di sini tempat tumbuhnya akar kebudayaan. Secara religi, juga ini merupakan bentuk rasa syukur terhadap hasil panen warga masyarakat," katanya.
Dongdang sendiri terbuat dari kayu atau bambu dan dibentuk serupa rumah khas Sunda dengan arsitektur julang ngapak tetapi dalam ukuran mini.
Berbagai tarian mulai dari jaipong sampai sisingaan khas Kabupaten Subang turut menjadi pemanis kegiatan yang digelar secara swadaya oleh masyarakat setempat ini.
Kepala Desa Sanca, Masna mengungkapkan kegiatatan tersebut merupakan rutinitas tahunan warga di wilayahnya jelang pergantian Tahun Baru Islam.
Selain ungkapan rasa syukur atas rezeki melimpah, Ngaruwat Bumi merupakan momentum bagi warga untuk saling berbagi hasil bumi.
"Ini rutin disini, syukur atas hasil panen, nanti (hasil panennya) dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan," katanya.
Ia juga menyambut baik gagasan Dedi Mulyadi terkait kegiatan yang berbasis tradisi harus menjadi ikon pariwisata daerah. Terlebih, Dedi merupakan tokoh Sunda asal Subang Jawa Barat yang dinilai sukses membangun di Purwakarta.
"Ngaruwat Bumi" Jadi Ikon Wisata Purwakarta
Rabu, 20 September 2017 17:51 WIB
Ngaruwat Bumi" sendiri merupakan tradisi yang biasa digelar sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil pertanian yang melimpah.