Depok (ANTARA) - Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI) berkolaborasi dengan Kantor Sekretaris Politik Perdana Menteri Malaysia, Diplo Muda Malaysia, dan Malaysia Madani, baru-baru ini telah menggelar sarasehan "Pemberdayaan ASEAN: Peran Pemuda Indonesia dan Malaysia".
Dekan FIB UI Dr. Bondan Kanumoyoso, di Kampus UI Depok, Kamis, mengatakan bahwa hubungan Indonesia-Malaysia telah terjalin jauh sebelum kedua negara bersatu di ASEAN.
Momentum tersebut diharapkan mampu memperkuat relasi pemuda di kedua negara yang jejaknya ada bahkan sejak kurun niaga sejak tahun 1450–1680 di Asia Tenggara.
“Kita harus saling mengenal, menghargai, dan mendukung agar hubungan generasi muda di kedua negara bukan hanya karena kedekatan geografis, melainkan juga adanya persamaan harapan dalam memajukan bangsa dan negara,” kata Bondan.
Interkonektivitas generasi muda Indonesia dan Malaysia juga disoroti oleh Wakil Perwakilan Tetap Malaysia untuk ASEAN Syed Edwa bin Syed Arif Fadhillah.
Menurut dia, selain mempererat relasi kedua negara, pemuda dalam tubuh ASEAN juga dapat berkontribusi terhadap harmonisasi kebijakan regional dan global, khususnya yang menyangkut persoalan Sustainable Development Goals (SDGs).
Hal itu karena anak muda Indonesia dan Malaysia adalah salah satu tumpuan ASEAN dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
Untuk itu, pada sarasehan ilmiah tersebut, hadir tiga narasumber yang mengulas peran generasi muda kedua negara dalam tubuh ASEAN.
Ketiga narasumber tersebut adalah Sekretaris Politik PM Malaysia Muhammad Kamil Abdul Munim, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Garda Pemuda Partai Nasdem Kevin Valentino Rouw, dan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Tunas Indonesia Raya Partai Gerindra Muhammad Atras Mafazi.
Menurut Kamil, kepemimpinan ASEAN 2025 akan mengusung konsep masyarakat madani untuk mewujudkan ASEAN Centrality.
ASEAN harus mandiri dalam menuntaskan isu dan masalah regional. Untuk itu, diperlukan masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, serta maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masyarakat dengan nilai-nilai tersebut akan memberikan ruang gerak lebih luas bagi semua kalangan, termasuk generasi muda untuk turut andil dalam tubuh ASEAN.
Sementara itu, Kevin dan Atras sepakat bahwa peradaban utama di dunia tidak pernah luput dari suara generasi muda. Karena itu, untuk menjadi setara dengan organisasi regional yang mapan seperti Uni Eropa, ASEAN perlu menyerahkan sebagian urusannya kepada generasi muda.
Sebagian besar proses politik yang terjadi di negara-negara ASEAN dipelopori oleh generasi muda. Catatan sejarah membuktikan kedudukan generasi muda sebagai agent of change.
"Peristiwa Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan, hingga Reformasi 1998 tidak dapat dilepaskan dari api semangat pemuda yang membara, menuntut suatu perubahan yang mendasar,” ujar Atras.
Kegiatan sarasehan dihadiri oleh Sekretaris Politik Senior PM Malaysia Shamsul Iskandar bin MD Akin.
Pada kesempatan itu, ia menyampaikan apresiasi dari PM Malaysia Anwar Ibrahim atas pelaksanaan kegiatan ini.
PM Malaysia konsisten mendukung keterlibatan generasi muda dalam tubuh ASEAN. Struktur demografi kedua negara yang didominasi para pemuda menjadi modal yang penting dalam mewujudkan stabilitas regional.
"Semoga sosok founding fathers seperti Soekarno dan Tun Abdul Rahman menjadi teladan utama bagi kaum muda dalam memajukan bangsa dan negara,” ujar Shamsul.