Bogor (Antara Megapolitan) - Kentang merupakan tanaman pangan dunia setelah padi, gandum dan jagung. Kentang diproduksi dalam jumlah besar di negara-negara maju.
Di Indonesia kentang menjadi salah satu komoditas sayuran yang mendapat prioritas pengembangan, karena mempunyai potensi sebagai tanaman penunjang program diversifikasi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Kentang dijadikan pengganti pangan yang ideal karena mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin yang seimbang bagi tubuh manusia.
Kentang dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu kentang sayur dan kentang bahan baku industri (processing).
Kentang sayur tidak terlalu membutuhkan karakter khusus seperti halnya pada kentang bahan baku industri. Sebagai bahan baku industri, kentang banyak digunakan untuk membuat keripik, tepung kentang, atau sebagai french fries.
Kentang french fries memerlukan umbi kentang dengan kandungan gula rendah, bahan kering rendah, dan bentuk umbi yang panjang.
Kentang olahan yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah kentang Atlantik, sementara kentang yang digunakan sebagai kentang french fries masih belum banyak. Saat ini Indonesia masih seratus persen mengimpor kentang french fries dari luar negeri.
Permasalahan dalam penanaman di daerah dataran tinggi adalah adanya aliran permukaan dan erosi tanah yang menyebabkan produksi rendah. Tanaman kentang mampu berbunga dan menghasilkan umbi jika ditanam pada daerah dataran tinggi.
Pembentukan umbi pada beberapa varietas kentang seperti kentang Andigena sangat dipengaruhi oleh hari pendek. Rekayasa genetik merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat-sifat tanaman.
Perbaikan tanaman melalui rekayasa genetik didasarkan pada manipulasi gen yang relevan dan tersedianya bahan genetik untuk transformasi ke dalam sel tanaman. Rekayasa genetik yang belum banyak dilakukan adalah merakit tanaman kentang varietas komersial yang mampu berbunga dan berproduksi tinggi.
Untuk itu, mahasiswa Program Studi Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor (IPB) Wiwin Widiarti, bersama Prof. Dr. Suharsono dan Prof. Dr. G A Wattimena melakukan penelitian tentang ''Transformasi Genetik Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Kultivar Jala Ipam dengan Gen Hd3a''.
Menurut Suharsono, kentang ini disebut Jala Ipam karena corak kulit yang berbentuk seperti jala atau jaring. I-nya diambil dari nama depan IPB, sementara Pam diambil dari nama perusahaan mitra kerjasama yaitu PT. Amanah.
Suharsono mengatakan modifikasi genetik baik secara sengaja maupun tidak sengaja sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang terdahulu. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan varietas yang sesuai dengan keinginan.
Beberapa cara melakukan modifikasi genetik telah dimulai dari persilangan konvensional maupun dengan cara yang lebih modern, seperti memulai teknologi DNA rekombinan untuk menghasilkan satu varietas.
''IPB memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan varietas unggul yang merupakan modal yang sangat besar penting dalam peningkatan produksi pertanian,'' katanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa transformasi genetik tanaman kentang kultivar Jala Ipam telah berhasil dilakukan. Untuk selanjutnya perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui ekspresi gen Hd3a dan pengamatan morfologi tanaman pada dataran tinggi dan dataran rendah.(AT/NM)
Kentang French Fries IPB Hasilkan Umbi Lebih Banyak Dari Kentang Biasa
Minggu, 6 Agustus 2017 18:56 WIB
IPB memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan varietas unggul yang merupakan modal yang sangat besar penting dalam peningkatan produksi pertanian