"Tentunya upaya hilirisasi produk kakao ini berbasis desa yang dimotori oleh Badan usaha milik desa (Bumdes)," kata Direktur Pengembangan Produk Unggulan Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi DDTT M. Fachri di Sigi Rabu.
Program hilirisasi produk kakao dapat memanfaatkan dengan penggunaan dana desa masing-masing wilayah dan melibatkan Bumdes setempat.
"Dana desa harus digunakan untuk mendorong produk unggulan yang sesuai dengan potensi masing-masing desa seperti Kakao, kopi, vanili, dan durian," ucapnya.
Ia mengatakan Badan usaha milik desa harus terlibat secara aktif guna mengembangkan produk kakao khususnya di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.
Baca juga: Kemendes PDTT ajak kades promosikan wisata desa lewat Lomba Desa Wisata Nusantara
Baca juga: Kemendes PDTT ajak kades promosikan wisata desa lewat Lomba Desa Wisata Nusantara
Model agroforestry merupakan model yang tepat diterapkan di Kecamatan Palolo pada komoditas kakao.
"Model agroforestry tidak hanya bisa diterapkan pada komoditas kakao saja, tetapi ada produk lain seperti pisang, durian, alpukat dan tanaman lain untuk membantu petani dalam meningkatkan produktifitas menuju desa mandiri benih, pupuk dan mendorong keterlibatan pemuda," ujarnya.
Menurut dia, tata kelola produk unggulan kakao perlu didorong kerja sama multi stakeholder termasuk pembentukan Asosiasi Desa Penghasil Kakao di Kabupaten Sigi.
"Ini tentunya dapat mempercepat hilirisasi Kakao berbasis desa yang akan menciptakan desa mandiri benih berkualitas dan meningkatkan sumberdaya manusia serta perekonomian Desa melalui Bumdes," sebutnya.