Suasana Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak,Banten, akhir-akhir ini mirip dengan banyak daerah lain, yakni dilanda hujan intensitas ringan, dengan waktu seharian, bahkan berhari-hari.
Cuaca yang kurang cerah, bukan berarti bisnis batik chanting yang menjadi pesona khas Rangkasbitung juga suram. Justru kini mulai cerah, para pekerja tampak semangat mencetak batik chanting memenuhi permintaan konsumen. Selama dua pekan ini ditargetkan harus terpenuhi permintaan pesanan untuk sekolah SD, SMP dan pemilik butik.
Cuaca yang kurang cerah, bukan berarti bisnis batik chanting yang menjadi pesona khas Rangkasbitung juga suram. Justru kini mulai cerah, para pekerja tampak semangat mencetak batik chanting memenuhi permintaan konsumen. Selama dua pekan ini ditargetkan harus terpenuhi permintaan pesanan untuk sekolah SD, SMP dan pemilik butik.
Pesanan konsumen itu sebanyak 100 kain batik chanting berukuran 2x3 meter.
Umsaro (50) seorang pelaku usaha batik chanting pradana di Bojongleles Kabupaten Lebak, Selasa, mengaku kewalahan menerima pesanan konsumen dibandingkan tiga tahun lalu dilanda COVID-19 tidak menghasilkan omzet pendapatan, bahkan semua karyawan dirumahkan. Di tempatnya, sebanyak enam pekerja sibuk menyelesaikan pesanan batik chanting.
Umsaro (50) seorang pelaku usaha batik chanting pradana di Bojongleles Kabupaten Lebak, Selasa, mengaku kewalahan menerima pesanan konsumen dibandingkan tiga tahun lalu dilanda COVID-19 tidak menghasilkan omzet pendapatan, bahkan semua karyawan dirumahkan. Di tempatnya, sebanyak enam pekerja sibuk menyelesaikan pesanan batik chanting.
Pelaku usaha batik chanting di Kabupaten Lebak kembali menggeliat dan menggulirkan perekonomian masyarakat setempat juga menyerap lapangan pekerjaan. Batik chanting juga diminati konsumen dari kalangan masyarakat umum itu setelah melihat dari media sosial dan marketplace.
Baca juga: Tri Adhianto apresiasi lomba desain Batik Bekasi
Baca juga: Tri Adhianto apresiasi lomba desain Batik Bekasi
Batik chanting memiliki pesona tersendiri dibandingkan batik-batik khas daerah pada umumnya. Batik chanting memiliki 12 motif. Kw-12 motif itu adalah Seren Taun, Sawarna, Gula Sakojor, Pare Sapocong, Kahirupan Baduy, Leuit Sijimat, Rangkasbitung, Caruluk Saruntuy, Lebak Bertauhid, Angklung Buhun, Kalimaya, dan Sadulur.
Keunikan 12 motif ini untuk menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Badui yang cinta terhadap alam, didomuniasi lukisan alam, seperti huma juga rumah pangan atau leuit. Motif-motif batik chanting sudah memiliki sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Banten.
Pemerintah Kabupaten Lebak yang menggagas produk batik chanting khas dengan 12 motif sejak tahun 2015. Sebanyak 20 pelaku usaha batik chanting tersebar di Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak dan Kalanganyar, namun tidak tertutup kemungkinan pelaku usaha batik chanting lainnya di 28 kecamatan di Kabupaten Lebak.
Baca juga: Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Bogor gelar Pameran Digdaya Wastra
Keunikan 12 motif ini untuk menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Badui yang cinta terhadap alam, didomuniasi lukisan alam, seperti huma juga rumah pangan atau leuit. Motif-motif batik chanting sudah memiliki sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Banten.
Pemerintah Kabupaten Lebak yang menggagas produk batik chanting khas dengan 12 motif sejak tahun 2015. Sebanyak 20 pelaku usaha batik chanting tersebar di Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak dan Kalanganyar, namun tidak tertutup kemungkinan pelaku usaha batik chanting lainnya di 28 kecamatan di Kabupaten Lebak.
Baca juga: Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Bogor gelar Pameran Digdaya Wastra
Umsaro yang juga seorang guru SD Negeri itu mengaku saat ini terjadi kenaikan omzet pendapatan mencapai Rp250 juta per bulan dibandingkan selama masa pandemi COVID-19 yang nol pendapatan.
Harga batik chanting produksinya rata-rata Rp125 ribu dengan bahan baku katun, sedangkan bahan baku sutera mencapai Rp700 ribu/kain.
Dalam pendapatan yang lebih rendah, sorang perajin batik lainnya, Dedi, mengaku saat ini permintaan konsumen meningkat tajam dari sebelumnya omzet Rp3 juta, namun kini bisa mencapai Rp20 juta/bulan.Permintaan batik banyak melalui pemesanan via online. Pesanan untuk Plaza Komoditi Lebak cukup banyak hingga 50 potong perbulan.
Yusup, pengelola Rumah Batik Lebak Sehati mengatakan permintaan konsumen kembali meningkat sehingga bisa menghasilkan omzet pendapatan sekitar Rp100 juta dari sebelumnya Rp5 juta/bulan. Konsumennya berasal dari kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS), BUMN dan BUMD.
Baca juga: Pemkab Purwakarta dorong perajin kembangkan batik lokal dengan bangun rumah batik
Baca juga: Pemkab Purwakarta dorong perajin kembangkan batik lokal dengan bangun rumah batik
Pesona batik chanting menjadi unggulan bagi daerah di Kabupaten Lebak. Hal itu pun diakui oleh Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Abdul Waseh. Ia bahkan menyebutkan perputaran uang dari hasil penjualan batik chanting hingga miliaran rupiah per tahun dengan menyerap tenaga kerja ratusan orang.
Pelaku usaha produk batik chanting berkembang dan memberikan penghidupan kepada masyarakat serta mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan pengangguran.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Orok Sukmana mengatakan optimis produk batik chanting hasil pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) di daerah ini bisa menembus pasar dunia.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Lebak Farid Dermawan sudah mempromosikan batik chanting ke berbagai negara di Eropa, yakni, Italia, Rusia, Inggris, dan Jerman, bekerja sama dengan pengusaha dari negara-negara tersebut.
Baca juga: Depok ajak perajin ciptakan batik khas yang keren
Baca juga: Forum UMKM sosialisasikan batik khas Bekasi ke sekolah-sekolah
Baca juga: Depok ajak perajin ciptakan batik khas yang keren
Baca juga: Forum UMKM sosialisasikan batik khas Bekasi ke sekolah-sekolah