Kabupaten Bogor (ANTARA) - Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, membentuk Gerakan Keluarga Tanggap Bencana mengingat daerahnya memiliki frekuensi bencana hidrometeorologi basah tertinggi se-Indonesia.
Ketua TP-PKK Kabupaten Bogor, Halimatusadiyah Iwan di Cibinong, Bogor, Kamis, mengatakan bahwa pembentukan Keluarga Tanggap Bencana untuk mengurangi risiko akibat bencana dengan menciptakan keluarga yang paham dan sadar terhadap mitigasi.
Menurutnya, program ini juga membantu Pemerintah Kabupaten Bogor dalam menyosialisasikan langkah-langkah untuk melakukan mitigasi bencana mulai dari lingkup terkecil, yakni keluarga.
"Saya mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama mendukung kegiatan gerakan keluarga sehat tanggap dan tangguh bencana," kata Halimatusadiyah.
Baca juga: TP-PKK Bogor gelar lomba modifikasi kebaya batik
Pemerintah Kabupaten Bogor pun sudah menetapkan menetapkan siaga bencana hingga akhir tahun sejak apel kesiapsiagaan bencana pada akhir September 2022.
Data yang ia terima dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, sebanyak 524 bencana terjadi dari awal tahun hingga akhir Agustus 2022. Bencana tersebut terdiri dari 228 tanah longsor, 165 angin kencang dan 71 bencana banjir.
Sebelumnya, Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyebutkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki frekuensi bencana hidrometeorologi basah tertinggi di Indonesia.
Baca juga: TP-PKK Bogor kenalkan literasi dan numerasi melalui cara menyenangkan
Menurutnya, bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor mendominasi kawasan Jabodetabek, terutama pada Kabupaten Bogor.
"Kabupaten Bogor ini adalah dengan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi paling tinggi di Indonesia, tidak hanya di Jabodetabek," ungkap Abdul.
Sementara itu, secara historis banjir Jabodetabek per kabupaten/kota dalam kurun waktu 2021-2022, Kabupaten Bogor tercatat sebanyak 181 kejadian, dibandingkan Jakarta Timur sebanyak 75 kejadian, dan Jakarta Selatan 57 kejadian.
Abdul mengatakan frekuensi kejadian banjir di Kabupaten Bogor dikatakan luar biasa, lebih dari dua kali lipat dari kabupaten/kota lainnya.
Baca juga: Bupati Bogor Ade Yasin resmikan Kampung Herbal di Gunungputri
"Ini menjadi perhatian kita untuk melihat kembali bagaimana bentang lahan kita saat ini, karena pastinya kalau kita berbicara hidrometeorologi basah tidak lepas dari daya dukung, daya tampung lingkungan," ujar Abdul.
Selain itu, secara historis korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi basah di Jabodetabek tercatat paling tinggi di tahun 2020, yakni sebanyak 65 jiwa.
"Karena eskalasi banjir sebenarnya tidak terlalu banyak cakupan wilayahnya, tetapi tinggi airnya naik dengan cepat dan cukup signifikan sehingga banyak warga yang terjebak atau terkena sengatan listrik dan lain-lain," ujarnya.
TP-PKK Bogor bentuk Gerakan Keluarga Tanggap Bencana
Kamis, 27 Oktober 2022 13:58 WIB
Saya mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama mendukung kegiatan gerakan keluarga sehat tanggap dan tangguh bencana.