Chicago (ANTARA) - Emas turun tajam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), menghapus kenaikan sesi sebelumnya karena ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) lebih agresif setelah data inflasi Juni kian memanas mendorong dolar lebih kuat, membuat logam kuning kurang menarik.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, anjlok 29,70 dolar AS atau 1,71 persen menjadi ditutup pada 1.705,80 dolar AS per ounce, setelah sempat menembus level support 1.700 dolar AS pada terendah sesi di 1.695,05 dolar AS, menandai titik terendah sejak 31 Maret 2020.
Emas berjangka terangkat 10,70 dolar AS atau 0,62 persen menjadi 1.735,50 dolar AS pada Rabu (13/7/2022), setelah jatuh 6,90 dolar AS atau 0,40 persen menjadi 1.724,80 dolar AS pada Selasa (12/7/2022), dan merosot 10,6 dolar AS atau 0,61 persen menjadi 1.731,70 dolar AS pada Senin (11/7/2022).
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,53 persen menjadi 108,5420.
Dolar juga naik ke level tertinggi terhadap yen Jepang sejak 1998 pada Kamis (14/7/2022), mendekati 140 yen karena bank sentral Jepang menganut kebijakan moneter longgar.
Namun demikian, data ekonomi yang dirilis pada Kamis (14/7/2022) mendukung emas. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga produsen AS pada Juni naik 1,1 persen bulan ke bulan dan 11,3 persen tahun ke tahun, kenaikan terbesar sejak rekor lompatan 11,6 persen pada Maret 2022.
Baca juga: Emas menguat 2,6 dolar karena aksi beli investor
Baca juga: Emas menguat ditopang data ekonomi negatif, setelah dua sesi melemah
Departemen Tenaga Kerja AS lebih lanjut melaporkan bahwa klaim pengangguran awal AS naik 9.000 menjadi 244.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 9 Juli, tertinggi sejak pertengahan November 2021.
“Kita bisa melihat emas kembali menguntungkan karena ekonomi melayang ke dalam resesi. Untuk saat ini mungkin ada lebih banyak rasa sakit yang akan datang," kata Craig Erlam, analis di platform perdagangan daring OANDA.
Palung emas terbaru datang karena pasar menekankan apakah Federal Reserve akan memilih rekor kenaikan pada keputusan 27 Juli mendatang tentang suku bunga untuk mengekang tekanan harga AS, atau terus memprioritaskan pertumbuhan di atas inflasi.
Sejak Indeks Harga Konsumen untuk tahun ini hingga Juni masuk pada Rabu (13/7/2022) di tertinggi baru empat dekade sebesar 9,1 persen, taruhan pada suku bunga telah berubah-ubah - dengan pendulum berayun antara peningkatan 100 basis poin yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk Juli versus konsensus yang lebih luas untuk kenaikan 75 basis poin.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 96,9 sen atau 5,05 persen, menjadi ditutup pada 18,225 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 20,5 dolar AS atau 2,45 persen menjadi ditutup pada 817,30 dolar AS per ounce.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Emas anjlok 29,7 dolar dipicu ekspektasi suku bunga Fed naik agresif
Emas anjlok 29,7 dolar dipicu ekspektasi kenaikan suku bunga Fed lebih agresif
Jumat, 15 Juli 2022 7:04 WIB