Bogor (ANTARA) - Studi terbaru organisasi nirlaba internasional Marine Stewarship Council (MSC) menunjukkan peningkatan kesadaran publik di berbagai belahan dunia mengenai masa depan lautan.
"Peningkatan kesadaran itu bersamaan dengan bertambahnya perubahan motivasi belanja yang dapat menjadi jawaban dari ancaman bagi masa depan laut kita," kata CEO MSC Rupert Howes dalam taklimat media yang disampaikan Direktur Program MSC Indonesia, Hirmen Sofyanto kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Rabu.
MSC adalah organisasi nirlaba internasional yang menetapkan standar berbasis sains yang diakui secara global untuk penangkapan ikan berkelanjutan dan rantai pasokan makanan laut.
Program sertifikasi dan ekolabel MSC mengakui dan menghargai praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan serta membantu membangun pasar makanan laut yang lebih berkelanjutan.
Baca juga: Direktur MSC apresiasi komitmen pemerintah Indonesia dukung perikanan berkelanjutan
Disebutkan bahwa survei independen tentang sikap terhadap makanan laut dan kesehatan laut -- yang dilakukan oleh GlobeScan -- di 23 negara dan melibatkan 25.000 orang itu -- adalah yang terbesar dari jenisnya di dunia.
GlobeScan adalah sebuah lembaga peneliti dan konsultasi ternama yang menjamin proses yang independen dan ketat.
Studi itu menemukan bahwa hampir 90 persen responden khawatir tentang keadaan lautan, dengan Portugis, Korea Selatan dan Prancis yang paling khawatir serta responden Tiongkok, Polandia, Singapura dan Afrika Selatan yang paling optimistis.
Kekhawatiran paling tinggi terhadap masalah di lautan antara lain polusi (65 persen), penangkapan ikan berlebihan (44 persen), dan perubahan iklim (37 persen).
Baca juga: KKP dan MSC selenggarakan bimtek perkuat pengelolaan perikanan Indonesia
Dengan lebih dari sepertiga stok ikan dunia ditangkap secara berlebihan dan perubahan iklim mengubah ekosistem laut, survei yang dirilis pada Hari Laut Sedunia PBB 2022 ini menunjukkan konsumen lebih sadar dari sebelumnya tentang dampak pilihan mereka terhadap lautan.
Di antara temuan utama dari riset ini, ditemukan adanya peningkatan tajam (8 persen) dari dua tahun lalu pada konsumen makanan laut (seafood) yang percaya bahwa pilihan mereka dapat membawa perubahan bagi kesehatan lautan.
Hampir tiga perempat (73 persen) konsumen yang disurvei percaya bahwa masyarakat harus makan makanan laut dari sumber yang berkelanjutan, naik dari 65 persen dibandingkan dengan dua tahun lalu.
Tiongkok, Jerman dan Swedia memimpin peringkat untuk negara-negara di mana konsumen mengatakan mereka telah mengubah pola makan mereka karena alasan lingkungan.
Baca juga: DKP-MSC kerja sama pelatihan perikanan berkelanjutan di Bali
Membeli makanan laut yang berkelanjutan adalah tindakan paling umum yang dikatakan konsumen makanan laut secara global telah mereka lakukan untuk melindungi lautan (24 persen), dengan usia 18-34 tahun lebih mungkin mengambil tindakan untuk melindungi lautan dari pada konsumen yang lebih tua dilihat dari beberapa tahun ke belakang
Secara global, alasan utama untuk melindungi lautan adalah bahwa lautan yang sehat diperlukan untuk kesehatan masa depan planet ini (63 persen).
Alasan lain adalah untuk mencegah kepunahan satwa liar laut (60 persen). Sementara 51 persen mengatakan mereka ingin anak dan cucu mereka memiliki laut yang sehat, demikian Rupert Howes.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Studi MSC: Terjadi peningkatan kesadaran publik soal masa depan lautan
Studi MSC: Terjadi peningkatan kesadaran publik soal masa depan lautan
Rabu, 22 Juni 2022 18:56 WIB
Peningkatan kesadaran itu bersamaan dengan bertambahnya perubahan motivasi belanja yang dapat menjadi jawaban dari ancaman bagi masa depan laut kita.