Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ini ditutup positif seiring penguatan mata uang kawasan Asia.
Rupiah ditutup menguat lima poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.280 per dolar AS dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.285 per dolar AS.
"Rupiah berada di level ideal Bank Indonesia. Di sisi fundamental dalam maupun luar, seperti pertumbuhan ekonomi dan The Fed masih cenderung on and off, mix," kata analis Valbury Asia Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Fokus pasar pekan ini kemungkinan besar akan didominasi oleh perkiraan kenaikan suku bunga bank sentral AS The Fed.
Outlook kenaikan dolar AS di tengah komentar yang menyarankan The Fed segera membahas pengurangan program pembelian obligasi besar-besaran, sehingga memperketat kebijakan moneter dan imbal hasil obligasi AS berpotensi naik.
Baca juga: Harga emas di Asia di atas 1.900 dolar setelah inflasi AS angkat daya tarik
Selain itu, sentimen lainnya yaitu optimisme pertumbuhan ekonomi global dan sentimen kenaikan kasus COVID-19 di sejumlah negara-negara Asia.
"Saya kira untuk sementara rupiah masih akan berkonsolidasi di level Rp14.000-an," ujar Lukman.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 90,032, naik tipis dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 90,031.
Sedangkan, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,581 persen, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,610 persen.
Rupiah pada Senin pagi dibuka melemah ke posisi Rp14.300 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.280 per dolar AS hingga Rp14.309 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menguat menjadi Rp14.292 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.310 per dolar AS.
Nilai tukar Rupiah ditutup positif seiring penguatan mata uang kawasan
Senin, 31 Mei 2021 20:40 WIB
Fokus pasar pekan ini kemungkinan besar akan didominasi oleh perkiraan kenaikan suku bunga bank sentral AS The Fed.