Jakarta (ANTARA) - Kondisi pandemi COVID-19 yang melanda semua negara di dunia termasuk Indonesia sudah berada pada titik yang mengkhawatirkan. Bukan hanya dalam menghadapi Virus Corona penyebab pandemi itu sendiri, akan tetapi dampak permasalahan sosial.
Dibeberapa negara, dampak sosial mulai terlihat dengan jelas. Seperti contoh negara Italia yang mempunyai korban manusia paling tertinggi di benua Eropa, dimana pemerintah Italia menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berdampak terhadap sebagian besar warganya kehilangan penghasilan yang mengakibatkan daya beli kemampuan membeli makanan sehari-hari tidak ada. Akibatnya terjadi penjarahan besar-besaran supermarket di Sisilia bagian dari negara tersebut.
Hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadi juga di negara-negara lain. Terutama negara yang berjumlah penduduk besar dengan pendapatan perkapita masih rendah, latar belakang pendidikan yang tergolong masih rendah serta jumlah masyarakat dibawah garis kemiskinan yang tinggi sangat berpotensi terjadinya risiko sosial negatif terjadi.
Selain diperlukan respon pemerintah yang cepat dalam menangani potensi-potensi risiko yang terjadi, budaya bangsa Indonesia yang terkenal sangat toleransi dan gotong-royong sangat membantu dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menghadapi kondisi seperti sekarang ini.
Budaya gotong-royong, tepa selira dan toleransi betul-betul mempunyai peranan yang besar dalam kondisi saat ini. Semua lapisan masyarakat bahu membahu dalam menggalang dana dan bantuan untuk bersama-sama memerangi pandemi COVID-19.
Dari peralatan alat kesehatan sampai dengan makanan mulai banyak disalurkan baik secara individu maupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang sudah ada maupun yang baru dibentuk.
Budaya gotong-royong inilah yang akan mampu dan sanggup mencegah potensi risiko dampak sosial yang terjadi seperti di Italia. Kita sangat bersyukur dengan budaya bangsa besar Indonesia yaitu gotong-royong, tepa selira maupun toleransi yang sudah ada dari dulu turuntemurun ke generasi sekarang.
Budaya-budaya tersebut harus selalu dipertahankan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan jaman terutama terhadap generasi millenial sekarang.
Harus mulai ditemukan cara-cara terbaru yang kekinian untuk mempertahankan budaya gotongroyong, tepa selira dan toleransi yang merupakan budaya luhur bangsa Indonesia yang tidak dipunyai bangsa lain.
Bisa dibayangkan, apa jadinya jika bangsa kita, masyarakat kita tidak mempunyai budaya gotong-royong, tepa selira dan toleransi? Apakah dampak sosial pandemi COVID-19 akan membuat kondisi yang sekarang menjadi lebih baik atau lebih buruk?
Apakah pemerintah Indonesia bisa menghadapi sendiri potensi risiko sosial yang terjadi jika masyarakat Indonesia tidak bergotong-royong bersama-sama memerangi pandemi COVID-19 dengan menggalang bantuan untuk disalurkan kepada masyarakat bawah yang terdampak baik langsung dan tidak langsungi?
Saya pribadi sangat bersyukur terhadap masyarakat Indonesia yang masih memegang teguh budaya gotong-royong, tepa selira dan toleransi yang telah berjuang bersama-sama dengan pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang terdampak sehingga tidak terjadi potensi risiko yang telah terjadi di negara-negara lain seperti halnya di Italia.
* Penulis adalah Pakar Strategi Manajemen dan Perilaku Konsumen
Budaya gotong royong di Indonesia saat pandemi COVID-19
Selasa, 21 April 2020 22:01 WIB
Budaya gotong-royong, tepa selira dan toleransi betul-betul mempunyai peranan yang besar dalam kondisi saat ini.