Lombok, NTB (ANTARA) - Palang Merah Indonesia Kabupaten Lombok Utara (KLU) Nusa Tenggara Barat mendistribusikan air bersih kepada warga yang merupakan korban terdampak bencana gempa bumi tahun lalu di tiga kecamatan yakni Bayan, Kayangan dan Gangga.
"Tiga kecamatan ini sejak dirundung gempa bumi yang meluluhlantakkan daerah tersebut warganya kesulitan mendapatkan air bersih karena, jaringannya rusak dan mata air banyak yang sudah tidak berfungsi sehingga kami secara rutin mendistribusikan air bersih untuk mereka," kata Wakil Kepala Markas PMI Lombok Utara Sahabudy Kusuma Wijaya melalui sambungan telepon, Senin.
Baca juga: PMI salurkan bantuan berbasis tunai kepada korban gempa Lombok NTB
Menurutnya, di tiga kecamatan tersebut ada sekitar 38 area yang mengalami kekeringan parah dan makin dirasakan kesulitan mendapatkan akses air setelah beberapa bulan bencana gempa bumi terjadi selain memang masalah perubahan tata ruang di daerah resapan air.
Dalam penyaluran air bersih ini PMI KLU didukung penuh International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) sejak Juli 2019 hingga November 2019 dan telah mendistribusikan air bersih sebanyak 10.200.000 liter dengan menyalurkan air sebanyak dua kali dalam seminggu ke tiga kecamatan terdampak.
Di tiga kecamatan itu memang kerap mengalami kekeringan terparah dibandingkan daerah lainnya meskipun sudah memasuki musim hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat tahun 2019 merupakan menjadi tahun musim kekeringan terpanjang di Kabupaten Lombok Utara.
Baca juga: PMI gelar lomba sosialisasi kebersihan tingkat pelajar di Lombok
PMI dengan segala keterbatasannya berharap banyak kepada pihak baik swasta dapat berkontribusi lebih untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan akses air bersih karena merupakan masalah mendasar.
"Inginnya kami bersama warga bisa memberikan bantuan rutin distribusi air ini tapi, anggarannya sudah habis hingga November 2019 ini. Kami berharap bisa mencari solusi agar mendapatkan akses air bersih yang lebih dekat dengan pemukiman mereka," tambahnya.
Sementara salah seorang penerima bantuan warga Desa Genggelang Inak Piyan mengatakan selama ini yang sering memberikan bantuan air bersih adalah PMI karena, untuk mendapatkan air bersih dirinya dan warga lainnya berjalan jauh mencari sumber air atau membeli air.
Biasanya untuk memenuhi satu tandon (penampung air) 1.200 liter ia harus membeli hingga Rp100 ribu dan untuk tandon 550 liter warga membeli Rp50 ribu. Sejak bencana gempa bumi yang terjadi 5 Agustus 2018 beberapa di desanya semakin mengalami kesulitan air karena beberapa mata air yang selama ini menjadi andalan tiba-tiba mengering.
Baca juga: PMI bangun 20 tempat MCK di lokasi terdampak bencana gempa Lombok
Kepala Desa Genggelang Amak Salusi menambahkan sebelum gempa desa punya jaringan akses air bersih untuk masyarakat yaitu Pelayanan Air Minum (PAM) desa dan swadaya masyarakat namanya Muslik. Jaringan ini selalu jadi andalan warga mendapatkan air bersih tetapi, sejak gempa entah kenapa tidak ada air lagi mengalir.
"Sehingga membuat warga kami harus mencari air hingga jauh atau mengandalkan air dari sumur bor yang terpasang di sawah. Tapi ini perlu usaha dan tenaga terutama untuk warga yang rumahnya ada di bawah atau atas bukit, jelas Amak," tambahnya.
Pihaknya sendiri sudah berupaya untuk mencari bantuan ke institusi terkait namun, sejauh ini hanya PMI yang rutin memberikan bantuan. Sayangnya bantuan distribusi air yang sudah dilakukan PMI sejak Juli 2019 akan berakhir pada November 2019.