Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Berkembang pesat dan dikenal sebagai wilayah dengan kawasan industri terbesar se-Asia Tenggara, tak lantas membuat Kabupaten Bekasi kehilangan tapak masa lalunya. Mengenal sejarah Bekasi dapat kita lakukan dengan berkunjung ke Gedung Juang 45 sambil berwisata menikmati peninggalan budaya di gedung bersejarah tersebut.
Seperti semboyan Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jasmerah) yang diucapkan pendiri bangsa, Insinyur Soekarno dalam pidato terakhirnya saat HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1966.
Gedung sejarah yang berlokasi di Jalan Sultan Hasanudin Nomor 39 Setiadarma, Kecamatan Tambun Selatan itu menjadi satu-satunya tempat yang memiliki nilai sejarah mengenai Bekasi sebelum dan sesudah kemerdekaan.
Gedung ini dibangun dua tahap, pertama pada tahun 1906 sampai 1910, kemudian dilanjutkan pada 1912 sampai dengan 1925. Gedung ini memiliki nama asli Landhuis Tamboen atau gedung tinggi, namun masyarakat Bekasi lebih mengenalnya dengan nama Gedung Juang. Landhuis Tamboen diambil dari nama keluarga sang pemilik tanah, yaitu keluarga Khouw Van Tamboen.
Saat berkunjung ke sana, kita akan ditemani pemandu wisata yang akan menjelaskan sejarah panjang bangunan tersebut, juga sejarah mengenai patung pahlawan dan sejumlah barang peninggalan masa penjajahan yang ada di dalam gedung.
Pengunjung juga tidak dibebani ongkos yang mahal untuk dapat masuk ke area Gedung Juang 45, cukup membayar parkir kendaraan dan biaya jasa pemandu wisata mulai dari Rp5.000 hingga Rp10.000 saja.
Wisata Gedung Juang ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00-19.00 WIB, kecuali Sabtu buka hingga pukul 20.00 WIB. Jika berkunjung pada Sabtu malam, pengunjung akan disuguhkan penampilan beberapa komunitas seni dan budaya, mulai dari seni tradisional sampai dengan modern.
Tempat wisata ini sebenarnya sudah milik pemerintah, namun pemerintah menyerahkan segala kegiatan di gedung ini kepada Komunitas Seni dan Budaya Bekasi. Pemerintah hanya memberikan dana untuk perawatan tempat.
Ketua Paguyuban Pemangku Seni Budaya Bekasi, Damin Sada mengatakan, Gedung Juang merupakan peninggalan sejarah yang harus dijaga. Jadi semua warga Bekasi yang ingin tahu sejarah Bekasi bisa datang ke gedung bersejarah ini.
"Kita tetap melestarikan sejarah, kebudayaan dan kesenian Bekasi, dan gedung ini jadi wisata sejarah," katanya.
Menurut Damin, Gedung Juang merupakan salah satu dari sedikit bangunan bersejarah di Kabupaten Bekasi. Gedung Juang yang berdiri sejak 1906 telah beberapa kali berubah fungsi. Sempat menjadi gedung pemerintahan Belanda, kemudian dikuasai Jepang hingga berhasil direbut oleh rakyat Bekasi. Perjuangan merebut itu yang membuat gedung beraksitektur neo klasik ini dinamakan Gedung Juang.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bekasi menggelontorkan dana hingga Rp9,7 Miliar untuk memugar gedung tersebut. Namun, setelah dipugar tidak ada pemanfaatan yang maksimal. Meski demikian, penempatan pusat kebudayaan diharapkan akan memaksimalkan keberadaan Gedung Juang.
Bupati Bekasi, Eka Supria Atmadja mengatakan, pemerintah memang menjadikan Gedung Juang 45 sebagai pusat kebudayaan Bekasi. Hal ini sebagaimana tertuang dalam rencana pembangunan dan pengembangan wilayah Kabupaten Bekasi tahun 2019.
"Gedung bersejarah itu akan kita kelola dengan baik dan kita jadikan sebagai pusat kebudayaan dan kesenian Bekasi," katanya.
Apalagi, Gedung Juang sudah menjadi tempat wisata dan edukasi sejarah Bekasi. Untuk itu, kata dia, diperlukan penataan kembali gedung dan infrastruktur pendukungnya. Untuk merealisasikanya, pemerintah sedang menyiapkan Feasibility Study (FS) dan Detail Engeneering Design (DED).
"Rencana untuk pemugaran gedung memang akan dialokasikan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2019 perubahan. Penataannya memerlukan anggaran besar," ungkapnya.
Setelah FS dan DED selesai dibuat, pemerintah bisa melakukan penataan infrastruktur dengan menjadikannya sebagai pusat kebudayaan. Bahkan, pemerintah sudah beberapa kali melakukan peninjauan langsung ke gedung bersejarah tersebut.
"Penempatan pusat kebudayaan di gedung bersejarah itu tepat," ujarnya.
Eka menjelaskan, dengan adanya pusat kebudayaan di Gedung Juang tentunya dapat menguatkan sejarahnya. Dan fungsi Gedung Juang jadi lebih maksimal dengan hidupnya aktivitas kebudayaan.
"Jadi orang mengetahui kebudayaan Bekasi langsung dari tempat yang paling bersejarah di Bekasi," tandas Eka.(KR-PRA).
Mengenal sejarah Bekasi dari Gedung Juang 45
Sabtu, 22 Juni 2019 9:16 WIB
Kita tetap melestarikan sejarah, kebudayaan dan kesenian Bekasi, dan gedung ini jadi wisata sejarah.