Jakarta (ANTARA) - Petani binaan Petrokimia Gresik di Kabupaten Malang, Jawa Timur, meyakini Living Lab berbasis masyarakat bisa menjadi solusi pertanian hortikultura dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Melalui program yang bernama Tawangargo Smart-Eco Farming Village atau juga dikenal dengan nama Tameng mampu mendongkrak produktivitas hortikultura dan terus berkembang dan bertransformasi menjadi Living Lab berbasis masyarakat sebagai model kolaborasi inklusif dalam inovasi berkelanjutan.
"Living Lab ini digerakkan langsung oleh masyarakat. Di sini kami sebagai petani bukan hanya menjadi objek, tetapi juga bertindak sebagai subjek yang melakukan penelitian dan uji coba nyata untuk pertanian berkelanjutan," ujar Karmukit, salah satu local hero program TAMENG, dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Sebagai Living Lab, katanya, Tameng sekarang telah menjadi wadah bagi petani, peneliti, mahasiswa, hingga komunitas duduk bersama untuk menghadirkan solusi pertanian. Di sini ide-ide diuji, teknologi sederhana diterapkan, dan inovasi lahir dari upaya bersama untuk membuat perubahan. Berbagai kolaborasi dilakukan dengan tujuan meningkatkan praktik pertanian berkelanjutan.
"Banyak sekali transformasi yang kami lakukan. Alhamdulillah, Tameng sekarang berkembang menjadi research center berbasis komunitas dari yang awalnya hanya desa hortikultura biasa. Pertanian dan peternakan di wilayah ini sekarang terintegrasi dengan wisata edukasi pertanian. Tameng membuktikan bahwa desa bisa menjadi pusat inovasi dan menjadi inspirasi bahwa masa depan pertanian Indonesia bisa dimulai dari desa," kata Karmukit.
Program tersebut dimulai tahun 2022, melibatkan 35 petani yang tergabung dalam kelompok Agronova Vision. Tameng sejak awal didukung oleh Petrokimia Gresik, untuk mengajak petani menerapkan teknik climate smart agriculture yang tidak hanya menjaga keberlanjutan pertanian hortikultura, tetapi juga meningkatkan pendapatan petani. Kegiatan itu mencakup seluruh proses dari mulai pembibitan, persemaian, penanaman, panen, hingga penjualan.
Program itu sekarang terus berkembang dan bertransformasi menjadi pusat hortikultura yang modern dan ramah lingkungan diantaranya penggunaan solar cell untuk menghidupkan berbagai alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti pompa air, water drip, sprinkle dan lainnya. Tameng saat ini juga memiliki rumah pengolahan limbah.
Baca juga: Masyarakat Adat Kubu Raya Kalbar hidup dalam ancaman perubahan iklim
Baca juga: Profesor Universitas Bengkulu identifikasi 19 kearifan lokal adaptasi perubahan iklim
Baca juga: Jepang, China dan Korsel sepakat kerja sama atasi perubahan iklim
