Madinah (ANTARA) - Pelayanan jasa boga saat peribadahan haji merupakan salah satu kunci untuk menjamin kekhusukan dan ketenangan jamaah calon haji Indonesia. Makanan yang disantap jamaah haruslah merupakan hidangan yang sehat dan tercukupi nutrisinya.
Bagaimana cara menjamin pelayanan jasa boga itu tidak bermasalah? Koordinator layanan konsumsi Sektor I Madinah, Djubaidah, menyatakan pihaknya melakukan prosedur yang ketat saat pemeriksaan dan distribusi makanan untuk jamaah calon haji Indonesia.
"Saat penyedia katering mengantarkan konsumsi untuk jamaah, kami langsung minta satu sampel untuk diuji coba. Kami akan terima jika makanan itu kita nilai sesuai standar," kata Djubaidah, yang ditemui di Hotel Inter Continental Daar al Hijra Madinah, Selasa.
Sebagai penanggung jawab Djubaidah harus memastikan makanan datang 30 menit sebelum jadwal pendistribusian. Ia harus berkomunikasi secara intensif dengan penyedia jasa boga.
Saat ini pengusahaan jasa boga untuk para jemaah disuplai oleh 55 perusahaan katering Arab Saudi, yang tersebar di Madinah dan Makkah.
Perusahaan tersebut akan memberikan layanan makan penuh tiga kali sehari selama di Arab Saudi atau sebanyak 127 kali makan per satu orang. Total konsumsi untuk 221 peserta haji asal Indonesia yang harus disediakan adalah 25,8 juta boks.
Menurut Djubaidah saat berada di Madinah, jamaah mendapatkan layanan tiga kali makan sehari selama sembilan hari atau total maksimal 27 kali.
Setiap harinya, mulai tanggal 2 Mei, petugas konsumsi PPIH Madinah, melayani jamaah dari menu selamat datang, kemudian makan pagi, makan siang, dan makan malam.
Untuk makan pagi, pendistribusian dimulai pukul 5.00-8.00 waktu Madinah. Untuk makan siang, mereka melakukan pendistribusian pada pukul 12.00-14.00. Sedangkan makan malam didistribusikan kepada jamaah pada pukul 17.00-19.00.
Menurut Djubaidah, sejauh ini di sektornya, jamaah tidak ada masalah dan tidak ada yang komplain. Djubaidah melibatkan ketua rombongan dan ketua regu dalam mendistribusikan kepada jamaah.
Setiap makanan, katanya, memiliki batas konsumsi yang sudah tertera di bagian atas boks makanan.
Bagaimana soal rasa makanan?
Ketua Rombongan pada kelompok terbang ke-24 Embarkasi Solo, Wachudi Sukardi, menyatakan secara umum menu yang disajikan cukup baik.
"Menunya cocok, malah lebih enak dari yang biasa saya makan sehari-hari. Terima kasih panitia," ujar Wachudi.
Menurut pria yang berprofesi sebagai pedagang dan merupakan perangkat Desa Dlisen, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang ini, menu makannya membuatnya serasa sedang tidak berada di luar negeri. Ia dan rombongan mengaku kerasan, padahal hampir seminggu jemaah haji SOC 24 ini berada di Madinah.
Beberapa jamaah menyampaikan pendapat yang sama dengan Wachudi, saat ditemui sedang bersantap makan siang di hotel berbintang lima itu.
Koordinator layanan konsumsi sektor 1 Madinah, Djubaidah, mengatakan, jamaah haji di hotel ini memang terbiasa makan bersama di lorong hotel.
Hotel-hotel tempat jamaah Indonesia tinggal di Madinah memang memiliki aturan masing-masing terkait penyajian makanan yang ditangani Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).
Salah satu hal yang membuat makanan jamaah cocok dengan lidah orang Indonesia adalah karena makanan tersebut diolah dengan bahan dan bumbu asli Nusantara, yang langsung dikirim dari Tanah Air.
Tahun ini untuk layanan konsumsi haji di Arab Saudi didatangkan 475 ton bumbu asli Nusantara, dari kebutuhan 611 ton bumbu.
Upaya memperkuat rantai ekosistem ekonomi haji
Ratusan ton bumbu nusantara yang dikirim ke Tanah Suci ini menjadi bagian dari upaya memperkuat rantai ekosistem ekonomi haji yang terus diupayakan pemerintah.
Awalnya, Pemerintah Indonesia hanya bisa mengirimkan bumbu asli nusantara sebanyak 70 ton pada musim haji 2023. Lalu pada 2024, jumlahnya meningkat mencapai 475 ton.
Tujuh produsen terbaik dari Indonesia terpilih untuk menyediakan 22 jenis bumbu, mulai dari nasi goreng, rendang, tumis, hingga balado. Mereka diseleksi sejak November 2024.
Setiap bumbu dipilih dengan ketat untuk memastikan cita rasa autentik Nusantara tetap terjaga, bahkan setelah menempuh perjalanan panjang lintas benua.
Pemerintah ingin menjamin setiap suapan makanan yang masuk dalam perut jamaah calon haji Indonesia di Tanah Suci memiliki rasa autentik khas Indonesia.
Di tengah panasnya gurun Makkah dan lautan manusia dari berbagai negara, sebuah kotak nasi khas Indonesia menjadi simbol kenyamanan spiritual dan budaya bagi jamaah Tanah Air.
Makanan seperti rendang, balado, semur, dan nasi goreng bukan sekadar pengisi perut, melainkan penghubung emosional yang mengingatkan jamaah akan rumah.
Tak hanya itu, lewat anak usaha Badan Pengelola Keuangan Haji di Arab Saudi, BPKH Limited, Pemerintah juga menyiapkan makanan siap saji selama puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Puncak Haji 2024 menjadi tonggak penting. Untuk pertama kalinya, makanan siap saji khas Indonesia berhasil menjangkau jamaah di Armuzna meskipun akses jalan sangat terbatas.
Puncak haji merupakan fase paling krusial dalam seluruh rangkaian ibadah. Pada saat itu, logistik sangat sulit disalurkan, imbas ditutupnya jalan-jalan dan kemacetan parah.
Namun pada akhirnya pemerintah Indonesia berhasil menyediakan makanan bergizi dan lezat bagi jamaah lewat makanan siap saji.
Makanan seperti rendang, balado, semur, dan nasi goreng bukan hanya menjadi pengisi perut, tetapi juga pengikat batin dan pengingat kampung halaman.
Cita rasa Nusantara yang dihadirkan di Tanah Suci membuktikan bahwa pelayanan konsumsi bukan sekadar soal logistik, melainkan juga bagian dari ibadah yang menyentuh sisi spiritual dan emosional jamaah.