Bogor, (Antara Megapolitan) - "Bela Indonesiaku melalui #IndonesiaBicaraBaik" dibacakan oleh Brigjen TNI Sunaryo (Sesditjen Potensi Pertahanan - Kementerian Pertahanan RI) memberikan sambutan kunci pada Konvensi Nasional Humas (KNH) 2017 di IPB Internaional Convention Center (IICC), Kampus IPB Baranang Siang, Selasa (28/11).
Semangat bela negara akan menjadi kekuatan maha dahsyat dalam membangun bangsa. Semangat bela negara tumbuh dari rasa cinta terhadap bangsa.
“Kondisi Indonesia saat ini sangat terbuka peluang terjadi konflik, seperti yang terjadi pada beberapa negara di dunia, akan dialami Indonesia ketika sebuah unsur dalam ikatan kemajemukan tidak dikelola secara baik dan terus menerus. Di tengah dinamika politik dan nuansa pencarian jati diri tatanan berdemokrasi di Indonesia, saat ini sangat berpotensi melahirkan prototipe politik yang berciri ke Indonesiaan. Indonesia tidak harus mengadopsi tatanan politik yang telah ada pada negara lain,†ujarnya.
Terhadap kerenggangan sosial yang terjadi saat ini, dibutuhkan sebuah pengikat sosial politik yang dapat menjadi faktor kohesi yang mampu memberi ruang terhadap identitas sekaligus melanggengkan entitas Indonesia.
Faktor kohesi tersebut adalah Pancasila. Persoalannya sekarang adalah seberapa jauh kesungguhan kita terhadap konsesus yang telah kita sepakati, dalam Pancasila sebagai â€kontrak sosial†yang telah menginspirasi lahirnya bangsa Indonesia.
Sementara itu, konstelasi geografi Indonesia yang berada pada persilangan dua benua dan dua samudra menjadikan perairan Indonesia berfungsi sebagai jalur komunikasi dan jalur transportasi laut yang sangat strategis bagi dunia internasional. Indonesia juga menjadi pelintasan kepentingan nasional berbagai negara di dunia.
Kondisi ini juga mempengaruhi pola dan bentuk ancaman yang semakin kompleks dan multidimensional, berupa ancaman militer, ancaman nonmiliter, dan ancaman hibrida yang dapat dikatagorikan ke dalam wujud ancaman nyata dan belum nyata.
Ancaman tersebut, bisa berupa antara lain, terorisme, bencana alam, perompakan, pencurian sumber daya alam, pelanggaran perbatasan, wabah penyakit, siber, spionase, narkotika, dan konflik terbuka atau perang konvensional.
“Dinamika global, regional, dan nasional yang berkembang di sini, menuntut adanya bentuk pertahanan negara yang efektif dan berdaya tangkal tinggi, yang didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri," katanya.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, perlu diselenggarakan fungsi pertahanan negara, guna mewujudkan keamanan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan yang tangguh. tandasnya. (zul)