Jakarta (ANTARA) - Menyebalkan, menjadi satu kata yang menyeruak tatkala kecewa menyaksikan Indonesia Masters 2025 di Istora, Senayan, Jakarta, 23-26 Januari 2025.
Betapa tidak, seluruh atlet bulutangkis yang berlaga di istana sendiri, Istora (Istana Olahraga) rontok dan dipermalukan oleh pebulutangkis mancanegara.
Antusiasme penonton yang begitu bergelora mendukung penuh pebulutangkis kita untuk merebut predikat juara, harus pupus, dan pulang dengan langkah gontai.
Tunggal putra Jonatan Christie dan ganda putra Fajar/Rian yang berada di final, menjadi antiklimaks, kalah dari kompetitornya masing-masing.
Sementara Thailand, negara yang tergolong baru dalam menggeluti bulutangkis profesional, justru pulang dengan langkah tegap tatkala merebut juara di nomor paling bergengsi, tunggal putri dan tunggal putra.
Betapa tidak menyebalkan, tatkala mengetahui alasan Jojo, panggilan akrab Jonatan Christie, menyampaikan alasan kegagalannya.
Jojo mengaku kurang sabar saat menghadapi pemain unggulan Thailand Kunlavut Vitidsarn pada babak final Indonesia Masters 2025 di Istora Senayan Jakarta, Minggu, 26 Januari 2025.
Pada partai puncak tersebut, sang unggulan ketiga harus kandas di tangan Vitidsarn melalui rubber game dengan skor 21-18, 17-21, 18-21.
“Memang Kunlavut bermain sangat baik, sangat sabar, dia coba lebih tenang lagi dan benar-benar berusaha untuk tidak gampang mati sendiri. Di pertengahan gim ketiga, dia benar-benar berusaha menahan, bahkan saat reli-reli panjang,” kata Jonatan dalam jumpa pers setelah pertandingan.
Juara Asia 2024 itu juga mengakui bahwa senar raket yang putus di poin-poin krusial membuatnya cukup kesal.
“Iya, senar (raket) putus, itu membuat saya cukup kesal dan emosi karena itu terjadi di poin krusial. Dua kali senar raket putus, sehingga jadinya bola tersangkut,” kata Jojo.
Lebih lanjut, saat ditanya mengenai kesulitannya di arena, juara All England 2024 itu mengatakan ada pengaruh dari kondisi lapangan yang membuatnya cukup kagok. Namun, ia tidak ingin menjadikan itu alasan penyebab kekalahan.
“Tapi, seharusnya Kunlavut juga merasakan hal yang sama, maka dari itu, hal itu tidak bisa menjadi alasan. Kunlavut bermain sangat baik, baik dari defense dan serangan, dan dia juga sabar. Dia pantas untuk menjadi juara kali ini,” ujar Jonatan.
Sementara itu, tuan rumah pulang dengan nol gelar pada turnamen BWF Super 500 Indonesia Masters edisi kali ini.
Selain Jojo, ganda putra unggulan pertama Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga menelan kekalahan dari pasangan Malaysia Man Wei Chong/Kai Wun Tee melalui dua gim langsung 11-21, 19-21.
FajRi
Duet Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menyebut permainan agresif dari ganda Malaysia Wei Chong Man/Kai Wun Tee sulit dibendung.
FajRi harus mengakui ketangguhan Man/Tee dua gim langsung, 11-21 dan 19-21 pada babak final Indonesia Masters 2025 yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, Minggu sore WIB.
"Mereka dari awal benar-benar sangat agresif dua-duanya. Mereka punya kecepatan dan kekuatan pukulan yang luar biasa. Mereka pemain muda yang sedang naik daun," kata Fajar Alfian dalam konferensi pers seusai pertandingan.
"Kami bukan tidak mencoba, tapi memang mereka sedang bagus dan kami mainnya di luar ekspektasi. Mau main begini tapi susah melakukannya," imbuh pebulu tangkis berusia 29 tahun tersebut.
Man/Tee menurut Fajar/Rian mempunyai karakteristik permainan yang sangat kontras dengan ganda Malaysia pada umumnya.
Permainan Man/Tee cenderung lebih agresif dengan memanfaatkan pukulan-pukulan sementara mayoritas ganda Malaysia saat ini yang mengandalkan aspek pertahanan.
Ganda juara Indonesia Masters 2022 tersebut juga mengakui bahwa tampil di bawah performa saat menghadapi Man/Tee karena lengah menghadapi pola serangan cepat yang dilancarkan lawan.
"Ganda Malaysia bermain luar biasa, tapi kami bermain di bawah performa. Tidak bisa dimungkiri Malaysia sedang mendapatkan performanya banget," ujar Fajar.
Kegagalan di rumah sendiri ini mutlak membutuhkan evaluasi menyeluruh dari PBSI agar tidak terulang pada turnamen-turnamen bergengsi lainnya. Apalagi pemain-pemain profesional ini harus sudah tertanam dalam jiwa mereka untuk memiliki fighting spirit yang mumpuni.
Tak bisa lagi kita terima alasan bermain kurang sabar atau di bawah performa. Lawan-lawan begitu melesat dan tampil dengan performa meyakinkan, namun tuan rumah yang sudah ada di final malah begitu saja bisa dikalahkan.
Ayo kembalikan lagi Istora sebagai istana untuk para atlet bulu tangkis Indonesia, jangan biarkan lawan meraih kemenangan di istana kita. Istora dibangun lantaran prestasi bulutangkis Indonesia masa lalu yang bisa dikatakan tak terkalahkan. Kembalikan lagi kejayaan bulutangkis Indonesia.
Baca juga: Fajar/Rian akui ketangguhan ganda Malaysia Man/Tee dua gim langsung di final
Baca juga: Indonesia Masters, Intanon senang bisa menang lagi di Istora
Baca juga: Ganda campuran Rinov/Lisa terhenti di semifinal Indonesia Masters 2025
Baca juga: Ini dia jadwal Indonesia Masters: Tujuh wakil Indonesia tampil di kualifikasi