Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Pusat Riset Material Maju (PRMM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andika Widya Pramono mengembangkan teknologi superkonduktor untuk menghantarkan listrik tanpa hambatan.
Superkonduktor adalah material yang mampu menghantarkan listrik tanpa hambatan listrik sama sekali, atau dalam istilah teknis, memiliki resistansi nol.
"Seperti perangkat elektronik rumah tangga yang menjadi panas karena adanya hambatan listrik, superkonduktor menghilangkan hambatan tersebut sehingga energi dapat dihantarkan dengan efisiensi maksimal," kata Andika melalui keterangan di Jakarta, Senin.
Baca juga: 18 tahun sudah Satelit LAPAN-A1 mengorbit
Andika menjelaskan sifat superkonduktivitas ini biasanya hanya dapat dicapai pada suhu yang sangat rendah, yaitu di bawah minus 100 derajat Celsius.
Oleh karena itu, tim PRMM BRIN berupaya mengembangkan superkonduktor dengan suhu kritis yang lebih tinggi, mendekati suhu ruang.
"Jika berhasil, teknologi ini berpotensi merevolusi berbagai aplikasi, mulai dari trafo dan motor listrik hingga generator berteknologi tinggi," ujarnya.
Untuk mendukung hal ini, Andika juga memaparkan visi besar untuk membentuk Pusat Kolaborasi Riset Internasional yang fokus pada pengembangan energi dan material energi.
Baca juga: BRIN dukung penguatan riset dan inovasi jamu tradisional berbasis kearifan lokal
Kolaborasi ini, kata dia, diharapkan mampu mencakup riset di berbagai bidang, termasuk panel surya, sel bahan bakar (fuel cell), baterai, hingga penerapan teknologi kembar digital (digital twin).
"Jejaring yang kuat antara BRIN dan institusi lain diharapkan mampu mengintegrasikan kecerdasan buatan, teknologi informasi, pemodelan, dan simulasi dalam pengembangan material energi," katanya.
Ia juga menyatakan bahwa kolaborasi ini dapat menjadi katalis untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat secara luas.
Menurut dia, kolaborasi lintas sektor ini meningkatkan peluang untuk menghasilkan inovasi energi berbasis material maju yang semakin terbuka lebar.
"Kami berharap jejaring ini mampu menciptakan dampak signifikan bagi pengembangan teknologi energi di Asia Tenggara," tutur Andika Widya Pramono.