Jakarta, (Antara Megapolitan) - Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Jamhari Makruf menyatakan banyak nilai-nilai Islam yang dipraktikkan oleh masyarakat Jepang, meskipun penduduk negara tersebut mayoritas menganut kepercayaan Shinto dan Buddha.
Kesimpulan tersebut diperoleh Jamhari setelah menginisiasi dan setiap tahun mengikuti Program Kunjungan Pimpinan Pesantren ke Jepang sejak 2004.
"Para santri perlu mengetahui bahwa orang Jepang juga mempraktikkan nilai-nilai Islam yang santun, saling menghormati dan cinta kebersihan, meskipun mereka tidak menganut agama Islam," kata Jamhari usai acara Penyampaian Laporan Hasil Program Kunjungan Pimpinan Pesantren ke Jepang tahun 2017 di Jakarta, Kamis malam.
Sependapat dengan Jamhari, satu dari sembilan pimpinan pesantren yang mengikuti program tersebut, Ali Fauzi, bahkan menyebut betapa ironisnya melihat warga Jepang dapat mengimplementasikan nilai-nilai Islam yang tersirat.
Salah satu nilai penting yang dipelajari Ali selama 10 hari tinggal di tengah-tengah masyarakat Jepang yakni kemampuan mereka untuk menghapus dendam akibat perang masa lalu.
"Jepang mampu bangkit dengan memenangi persaingan di medan perang lain yakni menguasai teknologi dunia dan perdagangan elektronik global," tutur dia.
Nilai disiplin, etos kerja tinggi, kreativitas dan inovasi, kemajuan teknologi, sopan santun dan menghargai waktu juga menjadi keunggulan masyarakat Jepang yang sebenarnya juga tertuang dalam AlQuran.
"Sebelum berangkat, jujur saya memiliki persepsi negatif mengenai Jepang karena latar belakang paman saya yang pernah menjadi korban Romusha. Tetapi setelah sampai di sana saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana santunnya orang Jepang, bahkan saya yang orang Jawa saja kalah," kata Ali.
Tidak hanya belajar dari masyarakat Jepang, para guru agama dan pimpinan pesantren yang mengikuti program ini juga berperan sebagai duta untuk menunjukkan bagaimana Islam yang sebenarnya.
Selama ini publik internasional termasuk warga Jepang mungkin lebih mengetahui wajah Islam dari pemberitaan negatif di media, termasuk di antaranya kelompok teroris yang melakukan kekerasan atas nama Islam.
"Dengan tinggal di homestay bersama keluarga-keluarga Jepang, kami dapat berbagi pengalaman dan menunjukkan sesungguhnya orang Islam itu baik, toleran dan cinta damai," tutur Jamhari.
Sejak pertama kali diselenggarakan 13 tahun lalu, sebanyak 148 guru agama dan pimpinan pesantren telah difasilitasi oleh pemerintah Jepang untuk mengikuti Program Kunjungan Pimpinan Pesantren ke Jepang.
Kedutaan Jepang di Indonesia bertekad melanjutkan program-program yang bertujuan mempererat hubungan antarmasyarakat kedua negara, menjelang perayaan 60 tahun hubungan diplomatik Jepang-Indonesia yang akan dirayakan pada 2018.
"Saya berharap para pimpinan pesantren yang telah berkunjung ke Jepang dapat berbagi pengalaman kepada sekolah, komunitas, dan masyarakat di daerah asalnya masing-masing," ujar Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kozo Honsei.