Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan program swasembada energi tidak hanya fokus pada migas, tetapi juga mengarah pada pengembangan energi terbarukan, yang ramah lingkungan.
"Kami ingin menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak hanya mandiri dalam migas, tetapi juga di sektor energi terbarukan," ujar Menteri ESDM lewat keterangannya yang dikutip di Jakarta, Sabtu.
Pemerintah terus mengupayakan berbagai langkah strategis untuk mewujudkan swasembada energi, sebagaimana dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam Astacita pembangunan nasional.
Untuk itu, pemerintah terus mendorong pengembangan potensi energi terbarukan, dengan menargetkan peningkatan kapasitas energi terbarukan yang lebih besar dalam beberapa tahun mendatang.
Langkah tersebut juga sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendukung transisi energi global menuju sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Baca juga: Meramu teknologi hijau untuk kedaulatan energi di masa depan
Menurut Bahlil, salah satu upayanya adalah melalui mandatori biodiesel.
Pada 1 Januari 2025, pemerintah akan mendorong mandatori biodiesel 40 persen atau B40. Kemudian, meningkat menjadi B50 untuk mengurangi impor minyak solar.
"Pada 1 Januari ini kita mulai untuk mandatori B40. Selanjutnya, kita akan dorong B50. Kalau B50, maka kita tidak akan lagi impor solar. Arahan Presiden Prabowo, begitu lifting kita belum mencapai untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, maka mau tidak mau, kita harus dorong ke B100, baik solar maupun bensin," imbuh Bahlil.
Pada 2023, pemanfaatan biodiesel di pasar domestik tercatat mencapai 12,2 juta kiloliter dan ditargetkan meningkat menjadi 12,5 juta kiloliter pada 2025.
Program mandatori biodiesel juga menghemat devisa hingga 7,9 miliar dolar AS atau setara Rp120,54 triliun pada 2023.
Selain itu, pengolahan minyak kelapa sawit mentah (CPO) menjadi biodiesel menghasilkan nilai tambah sebesar Rp15,82 triliun.
Menteri Bahlil juga menegaskan komitmennya untuk memaksimalkan pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan memiliki tingkat keandalan tertinggi.
Baca juga: Tantangan dan peluang Presiden Prabowo wujudkan swasembada energi
Kementerian ESDM memperkirakan pada akhir 2024, proporsi EBT dalam bauran energi nasional akan mencapai 14,1 persen, dengan panas bumi sebagai andalan utama.
Saat ini, pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional mencapai sebesar 13,9 persen.
Kontribusi listrik yang dihasilkan dari panas bumi tercatat mencapai lima persen dari total bauran energi nasional atau sekitar 40 persen dari bauran EBT.
Energi panas bumi juga memainkan peran penting dalam mendukung upaya dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan Indonesia.
Sejak 2014, kapasitas terpasang PLTP telah meningkat sebesar 1,2 GW, sehingga total kapasitas terpasang panas bumi Indonesia kini mencapai 2,6 GW.
Hal itu setara dengan 11 persen dari total potensi panas bumi Indonesia dan menjadikan RI sebagai produsen listrik panas bumi terbesar kedua di dunia.
Baca juga: Menteri ESDM sebut Muhammadiyah berpotensi besar kelola tambang eks Adaro
Bahlil juga mengatakan peningkatan lifting migas, pengoptimalan blok migas, serta pengembangan energi terbarukan diharapkan dapat membawa Indonesia menuju kemandirian energi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Pemerintah juga terus mengupayakan percepatan penggunaan kendaraan listrik dan peningkatan efisiensi energi.
Penguatan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta dan masyarakat diyakini pemerintah dapat menjadi kunci sukses dalam mencapai ketahanan energi nasional.
Pemerintah pun berharap komitmen dan dukungan dari semua pihak agar dapat mempercepat pencapaian swasembada energi yang diharapkan menjadi landasan kuat bagi pembangunan Indonesia yang lebih mandiri.