Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Prof. Bambang Qomaruzzaman mengatakan bahwa pemilu harus diniatkan seperti melaksanakan shalat, yakni bersih dari sifat dengki dan benci demi menciptakan kedamaian.
“Pemilu harus diniatkan seperti shalat. Diawali dengan suci dari kedengkian dan kebencian, dilakukan dengan terus-menerus menghadirkan yang ilahi, dan diakhiri dengan hasil yang menciptakan damai bagi seluruhnya,” kata Bambang dalam siaran pers diterima di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Rektor UIN Bandung dilantik sebagai Ketua FKUB Kabupaten Bekasi
Agama juga mendorong terciptanya pemimpin
adil dan berintegritas yang mampu memimpin bangsa dengan penuh kedamaian. Sebab itu, Bambang yakin pemilu damai tidak mustahil selama tiap pihak yang terlibat menghadirkan ajaran agama pada segala langkahnya.
“Siapa pun yang menampakkan kepemilikan karakter keadilan dapat dipilih menjadi pemimpin. Siapa pun itu. Pada Pemilu 2024, ketiga capres dan cawapres memiliki posisi dan peluang yang sama di mata Islam,” imbuh dia.
Baca juga: Mahasiswa doktor ilmu politik UIN usulkan pelaksanaan pemilu e-voting lewat gawai
Ketiga pasangan calon perlu dinilai sebelum dipilih. Ia mengingatkan bahwa seharusnya tidak ada satu pun calon yang dianggap mewakili Islam atau bahkan memonopoli agama tertentu dan menggunakan pseudo-dogma itu untuk memenangkan dirinya sendiri.
“Pada perhelatan ini, rakyat bertindak sebagai juri dalam musabaqah (perlombaan). Tentulah ada pilihan yang berbeda, sesuai dengan selera dan tingkat pemahaman terhadap calon. Perbedaan pilihan seharusnya tidak membuat yang satu membenci yang lain, semuanya hanyalah ikhtiar ijtihadi,” katanya.
Lebih lanjut, Bambang mengajak masyarakat untuk mengedepankan perdamaian di atas perbedaan politik karena kedamaian lebih penting dari kemenangan sesaat. Dia pun mengingatkan bahwa perbedaan pilihan adalah hal yang pasti dalam pemilu. Namun, perbedaan tersebut seharusnya tidak menjadi benih pertengkaran.