"Cuaca ekstrem dalam dua pekan terakhir memicu terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti angin puting beliung, longsor, dan pergerakan tanah yang mengakibatkan puluhan rumah rusak, " kata Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Jujun Juaeni di Sukabumi, Jumat.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagian daerah di Kabupaten Sukabumi saat ini mulai beralih dari musim kemarau ke musim, seperti di kecamatan di wilayah utara.
Baca juga: Terjadi 11 kasus bencana hidrometeorologi pada Mei 2023 di Sukabumi
Baca juga: Longsor dan angin kencang dominasi bencana di Kabupaten Sukabumi sepanjang Februari
Peralihan musim dari kemarau ke hujan memicu cuaca ekstrem dan berdampak terjadinya bencana dalam sepekan terakhir ini, seperti angin puting beliun dan longsor.
Untuk meminimalkan dampak atau kerugian akibat bencana, pihaknya saat ini tengah melakukan mitigasi serta pemetaan daerah rawan bencana hidrometeorologi.
"Kami pun sudah menginstruksikan kepada seluruh petugas BPBD dan petugas penanggulangan bencana kecamatan (P2BK) untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan memperkuat jaringan informasi, sehingga jika terjadi bencana bisa dengan cepat ditanggulangi," katanya.
Baca juga: PMI gelar pelatihan dan edukasi santri agar aman dari bencana Hidrometeorologi
Jujun mengatakan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mitigasi bencana. Mereka diimbau proaktif, baik memberikan informasi terkait dengan kejadian maupun membantu proses penanggulangan bencana.
Selain itu, peran P2BK di setiap kecamatan penting untuk meminimalkan dampak bencana, karena mereka selalu berada paling dekat dengan lokasi bencana.
"Jika terjadi bencana untuk memberikan pertolongan sebelum petugas BPBD maupun instansi terkait datang ke tempat kejadian bencana," kata dia.
"Jika terjadi bencana untuk memberikan pertolongan sebelum petugas BPBD maupun instansi terkait datang ke tempat kejadian bencana," kata dia.