Jakarta (ANTARA) - Para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akan kembali duduk bersama dalam KTT ASEAN . Pertemuan itu akan berlangsung di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mulai 9 sampai 11 Mei 2023, .
Ada ekspektasi tinggi kepada Indonesia yang menjadi Ketua ASEAN tahun ini, setelah 11 tahun tanpa Indonesia duduk di kursi keketuaan, ASEAN, kini diketuai lagi oleh Indonesia, tatkala tantangan-tantangan zaman semakin pelik.
Tantangan-tantangan itu, mulai soal Myanmar, pemulihan pascapandemi COVID-19, sampai kondisi geopolitik yang menyeret kekuatan-kekuatan besar bertabrakan, hingga jauh di Asia Tenggara.
ASEAN berharap Indonesia menduplikasi keberhasilan mengetuai G20 tahun lalu, dalam lingkup kawasan.
Di antara persoalan-persoalan berat itu adalah dinamika geopolitik yang semakin panas oleh tabrakan kepentingan antara kekuatan-kekuatan besar, seperti Amerika Serikat, China, Rusia, dan India. Bahkan Uni Eropa, Australia, Jepang, dan Korea Selatan.
Tumbukan kepentingan itu merambah ke mana-mana, dari masalah keamanan sampai ekonomi di mana Asia Tenggara tak bisa lari dari pengaruh eksternal ASEAN. Itu termasuk Kerangka Kerja Ekonomi Indo Pasifik(IPEF) yang melibatkan banyak negara di Asia timur, tapi mengecualikan China dan Rusia, dan Dialog Keamanan Empat Pihak atau Quad antara Australia, India, Jepang, dan Amerika Serikat.
Sejumlah negara ASEAN sendiri berkonflik sengit dengan China di Laut China Selatan, terutama Filipina dan Vietnam. Ini situasi-situasi yang mesti dihadapi dan diredakan ASEAN.
Lain hal, situasi-situasi seperti itu acap membuat anggota-anggota ASEAN berbeda pendapat, sehingga kemudian menempuh langkah sendiri-sendiri di luar kerangka ASEAN.
Mereka menganggap ASEAN tidak cukup tegas dalam bersikap, termasuk dalam soal wilayah-wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan.
Indonesia selama mengetuai ASEAN tahun ini, berpegang kepada tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” yang memuat tiga elemen penting, yang meliputi upaya memperkuat kapasitas dan efektivitas ASEAN, persatuan ASEAN, dan sentralitas ASEAN.
Akan lebih baik jika semua itu didahului upaya mengatasi masalah-masalah mendesak kawasan saat ini, termasuk mengembalikan demokrasi dan tatanan inklusif di Myanmar, dan formulasi langkah bersama di Laut China Selatan.
Ini bisa menjadi salah satu jawaban untuk pertanyaan mengenai relevansi ASEAN, selain bisa menjadi menjadi titik baru dalam menjadikan anggota-anggota ASEAN terikat dalam mekanisme kawasan.
Baca juga: Akademisi: KTT ASEAN momen untuk realisasikan capaian forum G20
Baca juga: Retno Marsudi: KTT ke-42 ASEAN berupaya lebih keras memperkuat kawasan
ASEAN dan pentingnya rasa terikat dalam konsensus
Minggu, 30 April 2023 17:43 WIB