Jakarta (ANTARA) - Amin, anak laki-laki berumur 15 tahun yang setiap hari memulung sampah botol plastik, sedang berteduh di salah satu sudut Taman Suropati.
Berbeda dari teman-temannya yang memilih memejamkan mata sembari menjemput sore, Amin memilih membaca ensiklopedia berilustrasi yang tersimpan di perpustakaan mini Taman Suropati.
Sejak tahun lalu, Amin harus putus sekolah karena kedua orang tuanya tidak sanggup lagi membiayai, meskipun dia sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Uang kedua orang tuanya tidak cukup untuk mengongkosi perjalanan Amin menuju sekolah, belum lagi memenuhi kebutuhan jajan hingga keperluan peralatan sekolah.
Ayahnya terjangkit penyakit sosial kecanduan judi online (judol), sementara sang ibu berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menjadi asisten rumah tangga (ART) harian sembari menggali "lubang tutup lubang" dengan meminjam pada rentenir keliling di pemukiman mereka.
Amin menjadi pemulung sampah botol plastik sejak enam bulan lalu, untuk membantu ibunya.
Mengobati kerinduannya akan hari-hari di sekolah dulu, ia selalu menghabiskan siang hari di Taman Suropati untuk membaca koleksi buku gratis yang tersimpan di salah satu sudut taman.
Ia takut kehilangan kemampuan baca, tulis dan berhitungnya setelah tak lagi bersekolah padahal dia bermimpi bisa bekerja menggunakan komputer dan berpakaian rapi.
Sekolah Rakyat
Kondisi yang dialami Amin menjadi potret kecil bagi mereka yang lahir dan tumbuh dari keluarga kalangan miskin dan miskin ekstrem di Indonesia.
Data Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikdasmen di tahun 2024 menemukan masih ada 1,3 juta siswa dari 25 persen kelompok termiskin yang tidak bersekolah atau putus sekolah.
Sementara itu, data dari lembaga yang sama di tahun 2023 juga menemukan sebanyak 198,6 ribu siswa SMP dan sederajat tidak lanjut ke SMA/SMK/MA dan sederajat, dan sebanyak 95,1 ribu siswa sekolah dasar tidak lanjut ke SMP dan sederajat.
Ketidakmampuan orang tua untuk membiayai pendidikan anak menjadi faktor utama yang membuat mereka harus bekerja untuk membantu ekonomi keluarga sehingga sekolahnya terabaikan.
Presiden Prabowo Subianto pada Selasa (14/1) mengatakan akan mendirikan Sekolah Rakyat yang gratis dan berbentuk asrama (boarding school) sebagai bagian dari upaya nyata pemerintah untuk memutus mata rantai kemiskinan.
Ia ingin anak-anak yang lahir dari keluarga miskin dan miskin ekstrem dapat menjadi agen perubahan yang tidak lagi bergantung pada bantuan sosial (bansos) sehingga pada gilirannya bahkan dapat mengambil peran dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Guna memenuhi target tersebut, Mensos mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki Kemensos, termasuk infrastruktur sentra maupun balai.
Ia menyebutkan sejauh ini sudah ada 50 bangunan yang terdiri atas sentra dan balai Kemensos, ditambah 2 perguruan tinggi, yakni Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Brawijaya yang siap untuk menjadi Sekolah Rakyat tahun ini.
“Yang sudah siap sekarang 50 lebih, dan ini belum kami sosialisasi lagi. Kalau secara lokasi, sekarang sudah 53 lokasi per detik ini yang siap untuk menyelenggarakan Sekolah Rakyat paling cepat pada bulan Juli tahun ini, tapi tentu harus dimatangkan dulu,” kata Mensos saat dihubungi di Jakarta pada Senin (10/3).
Konsep Sekolah Rakyat terdapat asrama yang diperkirakan dapat menampung hingga ratusan siswa, dengan kapasitas paling sedikit 100 anak.
Adapun untuk kebutuhan guru dan kurikulum Sekolah Rakyat, Mensos meminta kepada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) untuk mempersiapkannya.
Sekolah Rakyat akan memanggil para guru yang kompeten dan siap ditempatkan di mana saja sehingga penyelenggaraannya tetap memiliki standar yang berkualitas walaupun tidak memungut biaya atau gratis.
Dengan hadirnya Sekolah Rakyat, Pemerintah berupaya untuk melahirkan agen-agen perubahan yang tidak hanya memperbaiki kualitas hidup anak dan keluarganya, tetapi juga mendukung pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045.
Baca juga: Mensos ajak kepala daerah sukseskan Sekolah Rakyat
Baca juga: Mensos sebut Sekolah Rakyat ditargetkan di 100 lokasi pada 2025