Depok (ANTARA) - Pada musibah bencana alam, tak jarang kalangan lanjut usia menjadi korban dan tergolong menjadi kelompok masyarakat yang rawan menjadi korban bencana alam.
Untuk itu, kata Kepala Pusat Kajian Lansia atau Centre for Ageing Studies (CAS) Universitas Indonesia (UI) Dr Fatmah, di Kampus UI Kota Depok, Jawa Barat, Senin, kalangan lansia perlu mendapatkan edukasi berupa pengetahuan tentang mitigasi bencana untuk mengurangi risiko dan dampak bencana.
Edukasi tersebut, katanya, terbagi dalam tiga bagian, yakni sebelum bencana, tahap darurat, dan pasca-bencana. Melalui materi yang diberikan ini lansia dapat berperan menjadi "leader" dalam mitigasi bencana.
Sejak berdiri 12 Februari 2010, CAS UI telah memberikan kontribusi kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan serta program kelanjutusiaan, antara lain berupa pedoman untuk kebijakan dan program.
CAS UI bekerja sama dengan Komisi Nasional Lanjut Usia (sebelum dibubarkan pada tahun 2020), Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), serta beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu bekerja sama juga dengan Organization South East Asia Region (WHO SEARO), WHO Indonesia, HelpAge Internasional, Active Ageing Consortium Asia Pacific (ACAP) dan University of Oxford (UK).
Sementara itu Executive Secretary CAS UI Vita Priantina Dewi menyatakan lansia harus diperlakukan sebagai bagian masyarakat dan memiliki hak menikmati hidup berkualitas, termasuk memperoleh pelayanan pendidikan optimal. Berdasarkan riset CAS UI (2013), di Indonesia, 80 persen lansia masih aktif di kehidupan sosial, sekitar 50 persen masih bekerja mencari nafkah dengan jam kerja 35 jam/minggu.
Ini kata Kepala CAS UI, lansia perlu edukasi mitigasi bencana
Senin, 26 Desember 2022 13:44 WIB