Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, konflik Rusia-Ukrania telah memberikan tekanan perekonomian pada anggota G20, apalagi ditambah meningkatnya permintaan energi sejalan dengan peningkatan populasi dan pertumbuhan ekonomi sehingga mengharuskan upaya lebih besar untuk transisi energi.
"Transisi harus dilakukan secara komprehensif dan hati-hati dalam berbagai tahapan dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan, dan keberlanjutan untuk memastikan transisi berjalan lancar," kata Tutuka dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Selain fokus pada transisi energi, anggota G20 juga penting melakukan tindakan nyata untuk meningkatkan mekanisme mitigasi dan pasokan energi yang tangguh, termasuk di negara-negara berkembang yang sangat terpengaruh oleh kenaikan harga energi baru-baru ini.
Tutuka menyampaikan bahwa rantai pasokan energi yang aman dan tangguh untuk semua sumber energi yang tersedia, sangat penting untuk ketahanan energi di masa depan dan mencapai target netralitas karbon.
"Semua anggota G20 telah menetapkan target net zero emmision, termasuk Indonesia pada 2060. Dalam strategi jangka panjang, kami memperdalam peta jalan net zero emmision 2060 melalui National Grand Strategy of Energy (GSEN) yang berupaya menyeimbangkan transisi energi bersih dengan ketahanan energi nasional," ujarnya.
Pemerintah Indonesia juga menyadari bahwa untuk menjamin ketahanan energi perlu kerja sama dengan semua pihak. Melalui kerja sama global, maka pemanfaatan energi yang lebih bersih dapat ditingkatkan dan mendorong penerapan teknologi bersih yang inovatif, seperti CCS/CCUS guna mewujudkan transisi energi yang andal dan berkelanjutan.
Untuk meningkatkan kerja sama internasional, presidensi G20 Indonesia telah menetapkan tiga pilar yang dianggap relevan dengan tantangan global saat ini, yaitu Arsitektur Kesehatan Global, Transformasi Ekonomi Digital dan Transisi Energi Berkelanjutan.
Tiga pilar ini diharapkan dapat mengaktualisasikan tema utama presidensi G20 Indonesia, yaitu Recover Together, Recover Stronger.
Selanjutnya, pilar transisi energi berkelanjutan telah menetapkan tiga isu prioritas utama berupa akses, teknologi, dan pembiayaan. Ketiga isu prioritas tersebut merupakan aspek penting dalam menjawab tantangan yang saling terkait antara pertumbuhan ekonomi, ketahanan energi, dan perubahan iklim.
"Untuk memastikan ketahanan energi, diperlukan kebijakan dan investasi pendukung yang tepat," jelas Tutuka.
Lebih lanjut ia berharap Indonesia dapat berkolaborasi dalam mengambil tindakan nyata untuk menjaga ketahanan energi selama transisi energi di antara anggota G20 dan lainnya.
Baca juga: Transisi energi di Indonesia semakin jelas
Baca juga: Forum G20 ciptakan kedaulatan energi hijau dan magnet investasi
Baca juga: Transisi energi di Indonesia semakin jelas
Baca juga: Forum G20 ciptakan kedaulatan energi hijau dan magnet investasi