Bima Arya di Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat, mengatakan catatan pertama pertanyaan orientasi berorganisasi para kader HMI saat ini, sebab yang terpenting adalah berkontribusi, mengabdi, bukan mencari materi apalagi 'kursi'.
"Pertanyaan mendasar ini yang harus dijawab dan disikapi bersama-sama. Saya sangat percaya 'mainstream' dari HMI bukan pragmatisme, bukan transaksionalisme. Mainstream teman-teman HMI adalah transformatif, jangka panjang," katanya.
Bima Arya yang menyempatkan diri menjadi pembicara dalam acara Rapat Pleno I Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Periode 2021-2023 di New Panjang Jiwo Resort, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Kamis (7/4) juga telah menyampaikan langsung tiga catatannya.
Baca juga: Gus Udin berharap HMI bantu tingkatkan budaya literasi kaum milenial
Selain orientasi, yang kedua ialah kaderisasi. Ia merasa sudah belasan tahun mengamati, format organisasi tidak berubah sehingga sudah saatnya mengkaji terkait kualitas dan integritas kader.
"Saya kira ini PR HMI sebagai upaya untuk mencetak kader. Ini era 'start up', komunitas, endorser. Kita bisa gunakan cara 'low cost high impact'," katanya.
Menurut Bima, yang ketiga tentang metode gerakan. Antara oposisi atau kolaborasi, antara gerakan moral, intelektual atau politik perlu orkestrasi yang pas.
Tidak mungkin berhenti menjadi gerakan penjaga moral, tidak kritis. Tapi tidak mungkin selamanya jadi oposisi di jalanan.
"Nah, racikan itu saya kira yang harus pas. Ini adalah era kolaborasi," katanya.
Baca juga: KPK telaah kasus dugaan korupsi aduan HMI Bekasi
Dia menyampaikan apresiasi kepada HMI yang telah mengambil visi Republik Indonesia menjadi tema organisasi Menuju Indonesia Emas 2045.
"Tidak ada yang tidak mungkin kalau kita berkolaborasi, berbagi peran. HMI harus mengikuti perkembangan zaman yang terus berubah. Ideologi Keislaman dan Kebangsaan, ini yang tidak dimiliki organisasi lain. Ini modal yang dahsyat menuju HMI Emas dan Indonesia Emas," sebutnya.
Menurut Bima, ke depan Indonesia membutuhkan pemimpin hebat dari berbagai tingkatan dan bidang.
HMI dalam catatan sejarah jadi kawah candradimuka pemimpin-pemimpin di Indonesia, sehingga para kadernya perlu menjemput itu bukan menanti-nantikan.
"Sekitar 500 lebih kota perlu pemimpin-pemimpin andal. Ratusan BUMN dan ribuan BUMD, organisasi pemerintah butuh pemimpin yang andal untuk membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045," ujarnya.
Baca juga: PB HMI apresiasi kepercayaan publik terhadap Polri alami peningkatan
Sebagai Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), Bima Arya mengaku siap berkolaborasi dengan ketua umum badan koordinasi (Badko) di daerah untuk membangun bersama-sama Rumah Kebangsaan.
"Ada 98 kota di Apeksi yang siap berkolaborasi dengan HMI," jelasnya.