Bogor, 28/9 (ANTARA) - Pakar kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr Ir Ricky Avenzora, MScF mengemukakan bahwa sumberdaya ekowisata di Indonesia tergolong dalam klasifikasi sangat tinggi dan tinggi, sehingga potensi itu mestinya dikelola secara optimal.
"Hasil evaluasi atas berbagai sumberdaya ekowisata di berbagai kawasan konservasi yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa semua kawasan tersebut mempunyai tingkat keunggulan," katanya saat dihubungi ANTARA dari Bogor, Rabu malam, di sela-sela "International Conference on Sustainable Agriculture and Food Security: Challenges and Opportunities" (ICSAFS) 2011.
ICSAFS 2011 berlangsung selama dua hari, 27-28 September di Bandung, Jawa Barat, yang diselenggarakan Fakultas Pertanian, Peternakan dan Kelautan dan Fakultas Teknologi Industri Universitas Padjajaran (Unpad) itu diikuti berbagai pakar dan peneliti dari berbagai kampus dunia.
Ricky Avenzora, pengajar di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan (DKSHE) IPB membawakan dua kertas kerja yang diterima di konferensi itu, yang mengusung tema "Community Based Tourisme Development on Ecotourism in Tanah Datar regency West Sumatra" dan "The Potential and Pitfalls of Ecotourism Development on Natural Reseorces Conservation Area in Indonesia (Potensi dan Kendala Pembangunan Ekoturisme pada Kawasan Konservasi Alam di Indonesia).
Ia mengemukakan bahwa Indonesia telah membangun sektor pariwisata sejak akhir 60-an, dan juga telah membangun kawasan konservasi sejak tahun 1980.
Saat ini, kata dia, Indonesia sudah mempunyai 50 taman nasional (12,3 juta hektare atau ha), 248 cagar alam (4,6 juta ha), 14 taman nasional baru (225.000 ha), 105 taman wisata alam (257 ribu ha), 75 suaka margasatwa (5,1 juta ha), dan 22 taman hutan raya (344 ribu ha).
"Dengan sejarah pembangunan yang sudah relatif panjang dan dengan potensi yang sedemikian besar, ternyata pada tahun 2010, Indonesia hanya bisa mendapatkan 7 juta turis mancanegara," katanya.
"Sementara, pada tahun yang sama, singapura mendapatkan 9,2 juta, Malaysia mempunyai 24,6 juta, Thailand punya 15,8 juta, dan China bahkan mendapatkan 55,7 juta turis mancanegara," tambah doktor lulusan Universitas George August Gottingen Jerman itu.
Menurut dia, berdasarkan hasil evaluasi atas berbagai sumberdaya ekowisata di berbagai kawasan konservasi yang ada menunjukan bahwa semua kawasan tersebut, mempunyai tingkat keindahan, keunikan, kelangkaan, sensitivitas, aksesibilitas, fungsi sosial dari berbagi kawasan yang ada.
"Dan itu semua adalah tergolong dalam klasifikasi sangat tinggi dan tinggi," katanya menegaskan.
Ia menilai bahwa akar dari semua permasalahan yang ada dalam pembangunan pariwisata di Indonesia selama ini adalah pada kurikulum pendidikan kepariwisataan.
Kondisi tersebut, kata dia, kemudian menyebabkan buruknya kapasitas sumberdaya manusia SDM.
Selanjutnya, SDM yang buruk menghasilkan politik dan kebijakan yang buruk pula sehingga kemudian pada tahap implementasi akhirnya mereka hanya mengasilkan perencanaan yang buruk pula.
"Kemudian, tentunya akan menyebabkan tidak optimalnya hasil yang dicapai," demikian Ricky Avenzora.
Andi Jauhari