Bogor (ANTARA) - Usianya sudah tak muda lagi. Garis keriput tampak menghiasi wajahnya. Namun semangatnya dalam menebar ilmu patut diapresiasi. Wanita berusia 64 tahun itu pun selalu ramah kepada setiap orang yang dijumpainya.
Adalah Iyam Maryam. Seorang guru ngaji di Kampung Jayasari, Kelurahan Ranggamekar, Bogor Selatan ini mulanya hanya mengajarkan mengaji untuk para cucu-cucunya di rumah.
Namun, sejak 2008 ia mulai menerima murid-murid di lingkungan sekitarnya lantaran ustadz yang biasa mengajar di masjid sudah berpindah rumah.
"Sekarang ada 80 anak yang ngaji Iqro dan Al-Qur'an dan dibagi menjadi dua sesi, yakni sore dan malam. Saya mengajar ngaji dibantu sama anak saya," ujar Iyam.
Iyam mengatakan, dirinya sangat bersyukur bisa mendapatkan uang intensif dari Pemerintah Kota Bogor. Pasalnya, meski dirinya mempunyai 80 murid tetapi ia tidak mematok biaya alias seikhlasnya dari orangtua murid untuk membayar. Sehingga bantuan insentif yang diperoleh tersebut akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
"Saya tidak mikirin soal murid bayar atau tidak karena yang penting anak-anak bisa mengaji dan saya akan mengajar sampai saya mampu. Dan kalau saya nanti sudah tidak mampu, anak saya akan meneruskannya karena saya ingin anak-anak tetap belajar ngaji," tegasnya.
Cerita berbeda datang dari Agus Muharom. Bapak 29 tahun ini menjadi penerus almarhum orang tuanya yang sudah 13 tahun mengajar ngaji untuk anak-anak di Kebon Kalapa, Batutulis. Pasalnya, sebelum ayahandanya meninggal, sudah memberikan wasiat pada anak pertamanya tersebut agar menjadi guru ngaji bagi anak-anak di lingkungannya.
"Sebelum bapak meninggal, saya memang sudah bantu bapak ngajar ngaji, jadi saya menerima wasiat bapak ini dan keluarga juga mendukung," jelasnya.
Agus yang merangkap driver ojek online ini menuturkan, setiap hari sebelum mengajar, dirinya mengojek terlebih dahulu. Ia akan pulang sebelum pukul 17.00 WIB untuk bersiap-siap mengajar ngaji di rumah orangtuanya hingga sehabis ibadah Isya.
Semua yang dirinya lakukan ini tidak hanya sekedar menjaga amanah tetapi demi anak-anak muridnya agar rajin mengaji dan memahami agama di tengah pergaulan saat ini.
"Pergaulan sekarang kan bebas banget ya, dan yang bisa menjaga mereka itu agama, jadi jangan sampai anak-anak tidak paham agama," imbuhnya.
Sementara itu, Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Dody Ahdiat mengatakan, ada 572 guru ngaji se-Kecamatan Bogor Selatan yang mendapatkan uang insentif dari Pemerintah Kota Bogor. Uang yang diberikan sebesar Rp 100 ribu yang dipotong Rp 5.400 untuk iuran BPJS Ketenagakerjaan.
"Ini kami kasih setiap enam bulan sekali. Jadi mereka menerima Rp 567.600 dan ditransfer langsung ke rekening BJB masing-masing," katanya.
Ia menambahkan, di tahun depan Pemerintah Kota Bogor mengupayakan untuk dapat menambah insentif sekaligus kuota guru ngaji dari tahun ini yang baru mencapai 2.500 guru ngaji se-Kota Bogor.
Pasalnya potensi guru ngaji di Kota Bogor akan semakin meningkat. Serta acara pun tidak akan dibuat seremonial seperti sekarang mengingat niat dari Pemerintah Kota Bogor sudah tersampaikan ke masyarakat.
"Nanti kami akan kerjasama dengan berbagai organisasi keagamaan untuk memberikan materi kepada guru ngaji agar para guru ngaji bisa mendidik muridnya dengan lebih baik," pungkasnya.
Cerita dua guru ngaji penerima insentif dari Pemkot Bogor
Rabu, 24 Juli 2019 14:44 WIB
Saya tidak mikirin soal murid bayar atau tidak karena yang penting anak-anak bisa mengaji dan saya akan mengajar sampai saya mampu.