Bogor (ANTARA News Megapolitan) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Jawa Barat melatih kesiapan warga Kampung Bebek, Kelurahan Kedung Halang dalam menanggulangi bencana banjir dengan melakukan simulasi evakuasi mandiri banjir, Minggu.
Kepala BPBD Kota Bogor Ganjar Gunawan menyebutkan simulasi ini salah satu upaya menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli dan tanggap bencana.
"Masyarakat adalah `first responden`, masyarakat adalah yang terkena dampak langsung. Jadi jangan hanya menjadi penonton saja, tapi diminta `in action` untuk berbuat sesuatu dengan kesadaranya," kata Ganjar.
Kampung Bebek RT 01/RW 10, Kelurahan Kedunghalang merupakan kawasan langganan banjir luapan Sungai Ciliwung setiap musim penghujan.
Daerah ini telah disurvei oleh Kementerian PU, karena Sungai Ciliwung merupakan kewenangan pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSS).
Simulasi evakuasi mandiri banjir di Kampung Bebek melibatkan Tanaga Kota Bogor, PMI, pemadam kebaran, KATANA Kedung Halang, dan Tim Sigap SDN Kedung Halang 5.
Menurut Ganjar, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi banjir datang, misalnya, perbaikan saluran air, ikuti aturan pemerintah untuk tidak membangun di daerah sepadan sungai atau kali, buanglah sampah pada tempatnya, membuat sumur resapan, membuat lubang biopori, meningkatkan budaya sadar bencana, memelihara lingkungan khususnya di kawasan hulu sungai dengan penanaman pohon.
"Tapi kalau semua itu belum dilakukan dan banjir keburu datang ya selamatkan dulu jiwa yang utama," kata Ganjar.
Ia mengatakan, simulasi ini melatih masyarakat untuk tau bahwa daerahnya langganan banjir sehingga pemerintah daerah berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa mereka berada di kawasan rawan luapan Sungai Ciliwung.
"Kita beri latihan simulasi, untuk mengurangi dampak yang terjadi," katanya.
Ganjar menjelaskan, dalam mitigasi bencana ada dua hal yakni mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
Mitigasi struktural yakni dalam bentuk penanganan infrastruktur, misal buat benteng tembok sepanjang Kampung Bebek, membuat talud, kirmir dan lain-lain.
"Mitigasi struktural bukan ranahnya BPBD," katanya.
Selanjutnya, mitigasi non struktural sifatnya adalah peningkatan kapasitas masyarakat dan aparat setempat bisa berupa sosialisasi, edukasi, bimtek, sampai latihan simulasi bencana.
"Paling tidak masyarakat tau apa yang harus dilakukan di periode panik. Ketika banjir datang, dan aparat setempat mampu memobilisasi sumber daya yang ada untuk menghindari korban jiwa dan kerugian materi yang lebih besar," katanya.
Sejak 2016 hingga 2018 BPBD Kota Bogor telah melaksanakan kegiatan mitigasi di 11 kelurahan dari 68 kelurahan yang ada di kota tersebut.
Secara bertahap simulasi akan dilaksanakan disemua kelurahan, baik itu simulasi bencana banjir, longsor, puting beliung, maupun yang lainnya.
"Kegiatan simulasi ini kelanjutan `project` kemitraan antara BPBD dengan NGO yakni CRS dengan tiga lokasi kelurahan yakni Kedunghalang, Gudang dan Cibogor," katanya.
Dari 68 kelurahan yang ada di Kota Bogor, sudah berikan pelatihan sejak 2016 sampai 2018 kepada 11 kelurahan, yakni Pasirjaya, Panaragan, Gunung batu, Sempur, Sukaresmi, Tanah baru, Sukasari, dan Bondongan.
Ditambah tiga kelurahan yang merupakan kerja sama dengan NGO atau LSM Catholic Relief Services (CRS) yakni Kedunghalang, Cibogor, dan Gudang.
Ganjar menambahkan, di 11 kelurahan tersebut sudah dibentuk Pokja siaga bencana atau forum pengurangan risiko bencana dari masyarakat dengan harapan mereka bisa mengedukasi masyarakat yang lain bahwa masyarakat juga harus berperan aktif ketika terjadi bencana di wilayahnya.
"Bukan berarti kita bisa mencegah agar bencana tidak tejadi, karena siapapun tidak bisa. Tapi siapkan masyarakat untuk lebih peka lebih peduli, lebih tanggap sehingga dampak bencana bisa kita minimalisir sekecil mungkin," kata Ganjar.
Editor berita: Feru Lantara
Warga Bogor dilatih simulasi evakuasi mandiri banjir
Minggu, 6 Januari 2019 20:14 WIB
Masyarakat adalah 'first responden', masyarakat adalah yang terkena dampak langsung. Jadi jangan hanya menjadi penonton saja, tapi diminta 'in action' untuk berbuat sesuatu dengan kesadaranya.