Bogor (ANTARA) - Sehubungan dengan maraknya berita cuaca panas ekstrim dan peningkatan kasus ISPA di beberapa wilayah di Indonesia, dengan ini Dinas Kesehatan Bogor menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran pernapasan bagian atas maupun bawah, seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Penyakit ini berlangsung cepat (akut), biasanya kurang dari 14 hari, dan dapat menimbulkan berbagai gejala mulai dari ringan hingga berat.
ISPA disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyebabnya antara lain:
• Virus: influenza, parainfluenza, rhinovirus, adenovirus, RSV (Respiratory Syncytial Virus), dan coronavirus.
• Bakteri: Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Mycoplasma pneumoniae, dan Bordetella pertussis.
Faktor lingkungan seperti polusi udara, asap rokok, debu, cuaca dingin, dan kepadatan hunian juga meningkatkan risiko terjadinya ISPA.
Baca juga: Dinkes Kota Bogor Waspada Penyakit Musim Hujan
Penderita ISPA umumnya mengalami keluhan seperti batuk dan pilek yang disertai hidung tersumbat atau berair. Gejala lain yang sering muncul adalah nyeri atau rasa gatal di tenggorokan, demam, dan rasa lemas. Pada beberapa kasus ISPA berat, dapat menyebabkan sesak napas, nyeri dada, serta penurunan nafsu makan.
ISPA menular melalui percikan droplet saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan sekret (lendir/dahak) penderita, misalnya melalui tangan, benda, atau permukaan yang terkontaminasi. Oleh karena itu, ISPA sangat mudah menyebar di tempat ramai, terutama pada anak-anak, lansia, dan individu dengan daya tahan tubuh lemah.
Langkah pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan menggunakan masker terutama di tempat umum atau saat batuk dan pilek, mencuci tangan pakai sabun secara rutin, serta menghindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit. Menjaga kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah, menghindari asap rokok dan polusi udara, serta memperkuat daya tahan tubuh dengan makan bergizi, cukup istirahat, dan vaksinasi influenza maupun pneumonia juga menjadi upaya penting dalam mencegah ISPA.
Sebagian besar kasus ISPA dapat sembuh dengan pengobatan simptomatik atau pereda gejala, seperti istirahat cukup, minum air putih yang banyak, dan konsumsi makanan bergizi. Obat penurun demam atau pereda batuk dapat digunakan sesuai anjuran dokter. Jika penyebabnya bakteri, dokter dapat memberikan antibiotik yang tepat. Bila gejala berat seperti sesak napas, demam tinggi, atau tidak membaik setelah tiga hari, maka perlu segera mendapat pemeriksaan dan perawatan medis lebih lanjut.
Baca juga: Situasi terkini kasus HMPV di Kota Bogor
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan adanya peningkatan kasus penyakit seperti influenza, ISPA, dan COVID-19 di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa minggu terakhir. Lonjakan ini diketahui berdasarkan data laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) yang masuk ke Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR). Kemenkes menyampaikan bahwa tren serupa juga terjadi di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand, yang disebabkan oleh virus Influenza Tipe A.
Dikutip dari Kemenkes, di negara-negara tropis seperti Indonesia, virus influenza memang beredar sepanjang tahun, tetapi aktivitasnya cenderung meningkat pada periode tertentu, khususnya saat peralihan ke musim hujan dan kualitas udara yang buruk di beberapa kota di Indonesia. Kemenkes menambahkan bahwa peningkatan kasus influenza atau ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) selama musim hujan adalah hal yang lazim. Kondisi suhu udara yang lebih rendah dan kelembapan tinggi memudahkan virus bertahan hidup, berkembang biak, serta menular dengan lebih cepat.
Berdasarkan pengamatan dari aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Kota Bogor, data kasus ISPA dari awal Minggu 1 sampai dengan Minggu 41 sebanyak 195.203 kasus. Berdasarkan tren data bulanan, kasus ISPA dalam 3 bulan terakhir adalah Juli 21.006 kasus, Agustus 30.950 kasus, dan September 26.597 kasus. Terjadi peningkatan kasus ISPA di bulan Juli ke Agustus dan menurun di bulan September.
Baca juga: Dinkes Kota Bogor jemput bola kasus TBC ke 20 titik pada 1-12 Februari
Jika dilakukan analisa secara mingguan, terjadi peningkatan kasus ISPA di Kota Bogor dalam 5 minggu terakhir (Minggu 37 – Minggu 41). Adapun rincian kasusnya Minggu 37 (6.214 kasus), Minggu 38 (6.578 kasus), Minggu 39 (7.163 kasus), Minggu 40 (7.002 kasus), Minggu 41 (7.508 kasus). Minggu 41 merupakan kasus tertinggi ISPA di Kota Bogor selama tahun 2025.
Sebagai respon atas terjadinya peningkatan kasus ISPA, Dinas Kesehatan Kota Bogor menghimbau puskesmas dan rumah sakit se-kota Bogor untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini dengan cara memantau tren ISPA di wilayah dan pelaksanaan promosi kesehatan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Dinas Kesehatan Kota Bogor juga menghimbau kepada masyarakat untuk menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan cara menjaga kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah, menghindari asap rokok dan polusi udara, serta memperkuat daya tahan tubuh dengan makan bergizi, cukup istirahat, menggunakan masker saat sakit, mencuci tangan pakai sabun secara rutin, serta menghindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit. Dan yang terakhir yaitu mendatangi fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala ISPA untuk segera diberikan tatalaksana pengobatan.
