Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Bekasi, Jawa Barat meminta para pencari kerja lebih adaptif dalam menghadapi gelombang industri padat modal yang mulai berkembang di wilayah tersebut seiring dengan adopsi teknologi oleh perusahaan secara pesat.
Sekretaris Disnaker Kabupaten Bekasi Nur Hidayah Setyowati mengatakan pergeseran industri padat karya yang mengandalkan tenaga manusia menuju industri padat modal dengan penggunaan mesin serta teknologi tinggi tidak bisa dihindari.
"Diperkirakan 10 tahun ke depan, setengah dari posisi-posisi yang ada di sekarang mungkin bisa jadi hilang. Seperti konten kreator yang 10 tahun lalu tidak ada, hari ini ada. Bisa jadi hilang, tapi ada yang tumbuh," katanya di Cikarang, Sabtu.
Dia masih optimistis hilangnya beberapa jenis pekerjaan akan diimbangi dengan munculnya peluang baru seiring waktu.
Selain bersikap adaptif, katanya, para pencari kerja diminta terus mengasah kemampuan serta keterampilan agar sesuai dengan kebutuhan industri di tengah pesat perkembangan teknologi.
"Dengan peningkatan kompetensi tadi, mereka (pencari kerja) kemudian secara tidak langsung menjadi mudah mendapatkan kesempatan kerja di dunia industri," katanya.
Disnaker Kabupaten Bekasi terus menggencarkan program pelatihan kerja sebagai upaya konkret menghadapi tantangan industri di masa mendatang sekaligus meningkatkan keterampilan para pencari kerja, terutama bagi warga lokal.
Nur Hidayah menyebut pelatihan di balai latihan kerja (BLK) mendapatkan porsi terbesar dalam alokasi anggaran Disnaker meski diakui kapasitas pelatihan belum mampu menjangkau seluruh pengangguran di Kabupaten Bekasi.
"Karena anggaran yang kita miliki mungkin hanya bisa kaver setahun itu paling 1.000 pengangguran. Padahal kita tahu persis bahwa pengangguran kita ada 142 ribu. Nah memang kalaupun tiba-tiba dikasih anggaran setahun untuk 142 ribu pengangguran, kita juga pasti tidak mampu. Makanya ini butuh kolaborasi, sekolah vokasi maupun program magang itu juga sangat membantu," katanya.
Dirinya menjelaskan posisi Kabupaten Bekasi sebagai daerah industri membuat angka pengangguran relatif tinggi, terlebih data pengangguran dihitung berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap masyarakat yang belum bekerja maupun sedang mencari pekerjaan namun tanpa memperhatikan status domisili berdasarkan KTP.
Sebagai pusat industri dengan upah relatif tinggi, Kabupaten Bekasi menjadi tujuan utama pencari kerja dari daerah lain. Ketika mereka tiba dan belum memperoleh pekerjaan, secara otomatis tercatat sebagai pengangguran hingga menambah statistik jumlah pengangguran di wilayah ini.
"Kalau namanya pengangguran itu boleh dibilang tidak mungkin nol ya. Cuma kita akan berupaya menekan supaya angka itu semakin turun," kata dia.