Banjarmasin (ANTARA) - Seiring terbit sang mentari, satu persatu pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan di Desa Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.mulai bermunculan memenuhi aliran sungai Martapura tersebut.
Aktivitas Pasar Terapung Lok Baintan dimulai pukul 06.00 Wita hingga berakhir sekitar pukul 09.00 Wita atau di kala terik matahari mulai panas dirasakan pengunjung.
Jumlahnya bisa mencapai lebih dari seratus perahu dengan beragam produk yang dijual. Yang dijajakan para pedagang berperahu itu mulai buah-buahan, aneka kue dan camilan kemasan, makanan khas Banjar seperti soto Banjar dan nasi kuning ikan haruan hingga suvenir seperti tas purun yang cocok untuk oleh-oleh bagi wisatawan.
Pengunjung yang datang tak hanya masyarakat lokal Kalimantan Selatan namun ada juga berasal dari luar pulau Kalimantan seperti Jawa hingga Sulawesi. Wisatawan mancanegara juga kerap mengunjungi Pasar Terapung Lok Baintan. Mereka merasakan sensasi belanja, makan sekaligus berwisata alam di atas sungai.
Pengalaman berbeda pasti dirasakan wisatawan ketika kapal yang ditumpangi diserbu pedagang berperahu.
Sistem barter antarpedagang pun masih berlaku di pasar tradisional di atas sungai ini. Sesama pedagang kerap bertukar dagangan sesuai kesepakatan.
Acil Muna mengaku sangat mensyukuri rutinitasnya di pasar terapung. Dia berharap pengunjung bisa selalu ramai, paling tidak setiap Sabtu dan Minggu.
Penghasilannya bisa membantu menopang ekonomi keluarga, di samping pekerjaan suami sebagai petani.
Tak hanya soal pendapatan ekonomi masyarakat bantaran sungai, pasar terapung yang merupakan warisan budaya masyarakat sejak zaman Kesultanan Banjar pada abad ke-18 memang harus dilestarikan demi menjaga tradisi budaya sungai di Bumi Lambung Mangkurat.
Sejumlah paket wisata yang menawarkan Pasar Terapung Lok Baintan bisa dipilih di sejumlah dermaga kelotok di Banjarmasin, seperti di Siring Menara Pandang ataupun Tugu Nol Kilometer di pusat Kota Banjarmasin.
Perjalanan dari sungai Martapura selama lebih kurang satu jam menuju pasar terapung menikmati aktivitas masyarakat bantaran sungai sembari menyaksikan indahnya matahari terbit.
Namun bagi yang ingin menempuh perjalanan darat dari Banjarmasin bisa melalui Kelurahan Sungai Lulut, titik perbatasan Banjarmasin dan Kabupaten Banjar menuju dermaga Pasar Terapung Lok Baintan berjarak sekitar 9 kilometer.
Muhammad Zavier, pengunjung yang ditemui di Pasar Terapung Lok Baintan mengaku senang bisa kembali menikmati wisata susur sungai itu.
Dia bersama rombongan keluarga dari Surabaya, Jawa Timur, selalu menyempatkan mengunjungi pasar terapung ketika ke Kalimantan Selatan.
Menurut dia, Pasar Terapung Lok Baintan satu-satunya pasar terapung yang masih alami di Indonesia bahkan dunia.
"Kini banyak wisata pasar terapung bermunculan di sejumlah daerah namun tidak alami. Sedangkan Lok Baintan beda. Itulah istimewanya di sini," ucap pria yang berdinas di salah satu kementerian itu.
Zavier hanya berharap cara berinteraksi pedagang menawarkan dagangannya ke pengunjung bisa lebih santun untuk menghindari kesan memaksa.
Jangan sampai menimbulkan kesan tidak nyaman bagi wisatawan. Dia merasakan bagaimana keriuhan pedagang menawarkan dagangannya tak habis-habis ketika dia sedang ingin menikmati suasana.
Padahal tidak semua wisatawan datang ke pasar terapung dengan niat berbelanja. Ada juga yang hanya sebatas menikmati suasana di atas sungai, memotret aktivitas pasar terapung alami yang unik dan hanya ada di Kalimantan Selatan.
Di sisi lain, wisatawan tentu juga banyak yang paham jika membeli dagangan berarti telah membantu meningkatkan kesejahteraan pedagang yang pada akhirnya turut andil mempertahankan tradisi budaya sungai ini agar tetap lestari.
Pasar Terapung Lok Baintan di sungai Martapura menjadi bagian dari situs Geopark Meratus yang telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada April 2025.
Rencananya pada 2 Juni, Gubernur Kalimantan Selatan H Muhidin ke Paris untuk menerima sertifikat dari UNESCO atas pengakuan Geoapark Meratus sebagai warisan geologi bernilai internasional.
Dengan ditetapkannya Geopark Meratus, total ada 12 geopark Indonesia yang diakui UNESCO. Geopark Meratus merupakan geopark pertama di Pulau Kalimantan yang mendapatkan pengakuan global.
Baca juga: Geopark Meratus resmi ditetapkan sebagai UNESCO Global Geoparks
Baca juga: Mencoba rute baru Banjarbaru-Tanbu di antara Pegunungan Meratus
Baca juga: Menyapa Desa Belangian Kalsel jadi situs Geopark Nasional
