Jayapura (ANTARA) - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Holtekamp siap menjadi bagian dari solusi energi yang lebih bersih, berkelanjutan, dan inklusif di Tanah Papua melalui penerapan metode cofiring biomassa menggunakan woodchip.
Supervisor Senior Operasi PLTU Holtekam Nanang Eka Saputra kepada Antara di Jayapura, Sabtu, mengatakan cofiring biomassa memberikan dampak yang sangat positif bagi kehidupan masyarakat dari sisi lingkungan dan sosial.
"Dari sisi lingkungan, penggunaan biomassa sebagai bahan bakar campuran batu bara sangat membantu menurunkan emisi gas rumah kaca khususnya pada CO2 karena biomassa dianggap sebagai sumber energi yang lebih netral," katanya.
Baca juga: Limbah kayu secara perlahan kurangi konsumsi batu bara di PLTU Jeranjang
Baca juga: PLN siap kaji PLTU yang akan dipensiundinikan
Menurut Nanang, ini tentunya sejalan dengan komitmen pihaknya mendukung program transisi energi dan nett zero emisi 2060.
"Kemudian dari sisi sosial, implementasi cofiring membuka peluang untuk ekonomi baru di Tanah Papua khususnya pada masyarakat yang ada di sekitar PLTU Holtekamp," ujarnya.
Dia menjelaskan, proses dimulai dari pengumpulan, pengolahan, distribusi biomassa woodchip, hingga ke pertanian dan biomassa kehutanan yang telah melalui kelompok masyarakat sehingga membantu menciptakan lapangan kerja baru dan menggerakkan ekonomi lokal.
Baca juga: PLTU Jawa 4 adopsi teknologi USC sebagai upaya untuk tekan emisi karbon
"Kami masih berada di tahap awal untuk mengimplementasikan cofiring biomassa dengan jenis woodchip namun secara bertahap akan terus ditingkatkan," katanya lagi.
Dia menambahkan, ke depan secara bertahap akan terus melakukan perbaikan sehingga menemukan progres yang menggembirakan dan baik, di mana kini pihaknya telah melakukan uji coba dengan menggunakan biomassa woodchip.
"Persentase cofiring sekitar 15-20 persen, di mana dalam jangka menengah kami menargetkan bisa mencapai 35 persen bauran biomassa sesuai dengan arahan dari pusat," ujarnya lagi.