Karawang (ANTARA) - Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menyebutkan sebagian besar nelayan di wilayah Karawang masih bergantung dengan penggunaan alat tangkap tradisional, sehingga berpengaruh terhadap produktivitas ikan dari sektor perikanan tangkap.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Karawang, Mahmud, di Karawang, Minggu, menyampaikan potensi perikanan tangkap di perairan Karawang sebenarnya cukup tinggi. Namun untuk menggali potensi itu masih ada beberapa kendala.
Di antara kendalanya ialah hingga saat ini sebagian besar nelayan di wilayah Karawang masih bergantung terhadap penggunaan alat tangkap tradisional, seperti jaring, bubu, lukah dan payang.
"Mayoritas nelayan Karawang juga saat melaut masih menggunakan kapal berukuran kecil," katanya pula.
Baca juga: Dinas Perikanan Karawang turunkan target pendapatan retribusi TPI
Baca juga: Seorang nelayan Karawang tewas akibat perahu dihantam ombak
Kondisi itu dinilai menjadi kendala, karena mempengaruhi hasil tangkapan ikan yang kurang maksimal. Belum saat dihadapkan dengan perubahan cuaca, juga mempengaruhi hasil tangkapan ikan para nelayan.
Sesuai dengan catatan Dinas Perikanan Karawang, hasil tangkapan ikan dari perikanan tangkap di laut pada tahun 2024 di Karawang mencapai 9.403,51 ton.
Pencapaian itu tidak mencapai target yang pada tahun lalu ditetapkan mencapai 9.409,75 ton.
Tidak tercapainya hasil tangkapan ikan dari sektor perikanan tangkap di laut itu, karena kendala di lapangan, seperti faktor cuaca, penggunaan alat tangkap yang masih tradisional serta mayoritas nelayan yang masih menggunakan kapal kecil.
Baca juga: Sebagian besar nelayan Karawang tidak melaut selama dua bulan terakhir karena cuaca buruk
Sedangkan pada tahun ini, Dinas Perikanan Karawang ditugaskan untuk meraih target tangkapan ikan dari sektor perikanan tangkap di laut sebanyak 9.516,69 ton.
Mahmud menyampaikan, di antara upaya untuk mengoptimalkan hasil tangkapan ikan di wilayah Karawang, pada tahun ini pihaknya bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk memperkuat kapasitas nelayan.
Salah satu program yang digulirkan adalah sertifikasi kecakapan nelayan (SKN) dan pelatihan Basic Safety Training (BST).
"Program ini sesuai dengan Permen KP Nomor 33 Tahun 2021, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan nelayan dalam hal kecakapan nelayan, keselamatan kerja, pencegahan kebakaran, serta pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan di laut," katanya lagi.
Mahmud berharap pelatihan ini dapat meningkatkan kesiapan nelayan dalam menghadapi risiko di laut.
Program itu juga disebutkan sejalan dengan upaya mewujudkan perikanan yang berkelanjutan, di mana teknik perikanan berkelanjutan menjadi salah satu fokus dalam pelatihan yang diberikan kepada nelayan.