Bogor (Antaranews Megapolitan) - Panitia Reuni Perak Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) Angkatan 30 sukses menyelenggarakan acara "30 Cinta untuk IPB" pada 28/4 lalu. Acara yang berlangsung di Gedung Kuliah A HPT Fakultas Pertanian Kampus IPB Dramaga Bogor itu dihadiri oleh mahasiswa di lingkungan IPB dan alumni, khususnya Alumni Fakultas Pertanian IPB Angkatan 30. Kegiatan 30 Cinta (Cerita Inspiratif Alumni) adalah bagian dari Rangkaian Acara Reuni Perak Angkatan 30 IPB. Fakultas Pertanian mendapat kesempatan pertama menyelenggarakan acara yang dikemas dalam bentuk Talk Show. Kegiatan serupa akan diikuti 7 (tujuh) Fakultas lainnya di lingkungan IPB.
Dalam sambutannya, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Pertanian, Dr. Ahmad Junaedi berpesan kepada seluruh mahasiswa yang hadir agar dapat menyerap pengalaman dari seluruh alumni. Memahami kondisi setelah keluar kampus merupakan modal penting yang harus dimiliki mahasiswa untuk dapat bersaing. Tidak hanya itu, pandangan atau stigma tentang lulusan IPB juga sesuatu yang harus dapat disikapi dengan baik, mengingat banyaknya lulusan IPB yang berkiprah tidak pada bidang pertanian dan sering berpindah-pindah.
Talk Show yang berlangsung selama dua sesi tersebut menghadirkan moderator dan narasumber yang seluruhnya merupakan Alumni Angkatan 30 dari Fakultas Pertanian IPB. Sesi pertama menampilkan narasumber: Andi Akmal Pasludin (Komisi IV DPR RI, Badan Anggaran DPR RI), Anastasia Damayanti (Head of Marketing Arla Foods AMBA Indonesia), Cahyo Kartiko (Direktur Utama Bank Syariah Artha Madani), dan Nani Herawati (Penulis) dengan moderator Diana Yunita Sari yang dulu pernah aktif di IAAS (International Association of Students in Agricultural and Related Science).
Sesi kedua yang dimoderatori Agus Hidayat (Vice President Fleishman Hillard Indonesia), menampilkan Ahmad Fahrizal (Direktur/Pemilik CV Musi Agro Kimia), Anie Rachmayani Oktavina Zetga (Associate Marketing Director Merck Consumer Health Indonesia), Edy Suprianto (General Manager Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman Pusat Penelitian Kelapa Sawit - PPKS) dan Anung Hernawan, lulusan Arsitektur Pertamanan yang sekarang berkiprah dan menjadi eksekutif di bidang oil and mining.
Banyak cerita inspiratif yang muncul selama diskusi mulai dari nostalgia para alumni mengenang perjuangan selama kuliah, jatuh bangun selepas kuliah, hingga tantangan di dunia pekerjaan. Ahmad Fahrizal misalnya, sejak mulai masuk kuliah sudah harus berjibaku meminta keringanan kepada pihak Kampus saat ingin mendaftar dan kost di kamar ala kadarnya. Bisnis yang ditekuni selepas kuliah juga tidak mudah dan penuh tantangan hingga akhirnya bisa memiliki usaha sendiri seperti sekarang.
Lain lagi dengan Cahyo Kartiko, yang sejak mulai kuliah, kegiatannya sebagian besar dihabiskan di organisasi, baik yang internal maupun eksternal. Antara belajar dan organisasi, lebih banyak organisasinya, sampai harus cuti panjang karena sakit akibat mengurusi banyak kegiatan. Menurutnya, organisasi penting untuk membentuk karakter, beradaptasi, dan membuat jaringan. Namun belajar juga harus sebagai syarat dasar untuk masuk dunia kerja. Kesibukan selama di kampus dulu juga dialami oleh Anie Rahmayani yang punya banyak kegiatan mulai dari IAAS, Agriaswara, UK Tari sampai Basket.
Demikian juga Anastasia atau Tasya yang pernah menjadi aktivis IAAS pada masanya. Anie dan Tasya mengungkapkan bahwa perjalanan panjang selama di kampus cukup berpengaruh dalam karir mereka. Keduanya memberikan catatan khusus tentang pemahaman terhadap bahasa asing yang harus sudah mutlak dikuasai dan harus dimulai sedini mungkin. Untuk diketahui, mereka yang aktif di IAAS adalah kebanyakan memiliki kemampuan bahasa asing yang lebih mumpuni.
Ada hal yang perlu ditiru dari alumni yang hadir terutama dari sisi passion pada bidang yang ditekuni. Sebut saja Edy Suprianto, lulusan Jerman bergelar Doktor ini sejak awal kuliah memang ingin melanjutkan sekolah lagi untuk menjadi dosen atau peneliti. Hanya karena pada saat itu tidak ada lowongan menjadi dosen atau asisten di IPB, maka tawaran untuk bekerja sebagai peneliti pemuliaan di PPKS Medan pun diambilnya. Sampai sekarang pun, selama 20 tahun bekerja, ia masih tetap berada di PPKS.
Ketekunan dan kerja keras itu juga yang menjadikan seorang Andi Akmal, lulusan Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian menjadi politisi handal di kancah politik nasional. Walaupun dalam politik tidak membutuhkan nilai atau IP tinggi, namun Andi menegaskan bahwa pendidikan tetap perlu. Terbukti bahwa setelah kuliah, Andi masih tetap melanjutkan studi sampai S3 di Universitas Negeri Makasar.
Sukses tidak harus bekerja di perusahaan besar dan tidak mungkin dicapai dalam waktu sekejap. Tidak ada yang instant dalam mencapai sukses. Hal ini yang ditekankan oleh Nani, seorang lulusan yang lebih senang mengakui profesinya sebagai ibu rumah tangga ini, tentang bagaimana memulai suatu bisnis baru. Bersama dengan beberapa temannya, Nani membangun Yayasan Baby Sitter Al Ishlah yang menyiapkan asisten rumah tangga muslimah yang memiliki ketrampilan handal dan pengetahuan tentang gizi. Saat ini Nani adalah Ketua Yayasan Pendidikan Mutiara, freelance writer untuk perusahaan produsen alat oendidikan, dan pemilik bimbingan belajar My Stanza.
Salah satu kisah unik dan inspiratif lainnya adalah dari Anung. Tidak seperti alumni lainnya, Anung adalah salah satu lulusan yang profesinya melenceng dari apa yang dipelajari. Anung adalah lulusan Arsitektur Lanskap, dan saat ini ia adalah Direktur dan CEO di beberapa perusahaan energi seperti PT Petro Energi Nusantara, PT Orbit Termiani Merak, PT Sarana Sakti Pratamadaya, PT Kunci Hidro Energi, dan PT Berkat Bukit Mulia. Walaupun semasa kuliah, ia termasuk mahasiswa yang datang paling akhir, duduk paling belakang dan pulang paling awal dengan ritme kost-kampus-kantin, tapi naluri bisnisnya sudah mulai muncul sejak menginjak tahun kedua. Itu sebabnya Arsitektur Lanskap yang dipilih pada saat itu karena ada potensi proyek yang dapat menghasilkan uang secara cepat.
Diskusi yang dikemas dengan sangat apik oleh dua moderator Diana dan Agus, membuat antusias banyak peserta. Diana yang pernah menjadi penyiar dan penggerak gaya hidup sehat benar-benar total dalam memandu acara. Tidak kalah juga Agus, sang pendukung Liverpool yang pakar Public Relation ini, juga sukses membuat suasana diskusi menjadi lebih cair. Banyak pertanyaan tentang bagaimana tips memulai usaha, menghadapi kondisi pasca kuliah, tantangan dalam dunia pekerjaan, dikupas tuntas oleh semua narasumber dengan gamblang dan memuaskan.
Acara yang luar biasa tidak lepas dari dukungan semua pihak, mulai dari panitia, alumni, mahasiswa termasuk pihak Fakultas yang memberikan kemudahan dalam menggunakan ruangan dan publikasi di kampus. Iqbal Elyazar, selaku Ketua Umum Panitia Reuni Perak Angkatan 30 menjelaskan bahwa tahun ini Alumni IPB Angkatan 30 telah membuat terobosan baru dalam membuat format reuni. Reuni tidak hanya untuk bertemu-kangen atau hura-hura saja, tapi lebih dari itu harus dapat berkontribusi terhadap Kampus. Kegiatan tidak hanya pada saat reuni saja, tapi sebelum dan bahkan sesudahnya, seperti kegiatan Sharing Session 30 Cinta ini yang akan diselenggarakan oleh 7 Fakultas sampai tanggal 9 September mendatang.
Selama acara peserta dimanjakan dengan konsumsi berupa makanan ringan, paket goody bag menarik dari alumni, serta makan siang yang asyik. Bahkan pada akhir acara, panitia dan alumni juga memberikan kejutan luar biasa kepada peserta yang hadir. Banyak doorprize yang dibagikan mulai dari kaos, buku, dan hadiah kecil lainnya. Tapi ada dua doorprize yang benar-benar tidak diduga oleh seluruh peserta, yakni hadiah berupa pembuatan paspor gratis bagi dua mahasiswi yang beruntung. Tidak hanya itu, kedua mahasiswi tersebut juga akan diberangkatkan ke Bangkok untuk mengunjungi Pasar Tradisional Terbesar di Thailand untuk melakukan studi banding.
Setelah acara talkshow 30 CINTA, beberapa mahasiswa yang mengikuti acara menyampaikan testimoni melalui media sosial dengan hashtag #reuniperakipb30. Dari hasil pantauan di media sosial Instagram, para mahasiswa itu mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Alumni IPB Angkatan 30 yang telah menyelenggarakan acara ini.
Salah satunya menyatakan bahwa cerita para alumni telah membuka wawasan mengenai dunia kerja yang lebih menantang dan proses belajar terus berlanjut meski sudah masuk ke dunia kerja (Aini Zuryati, IG @ainizuryati). Testimoni lainnya mengungkapkan bahwa ia kini meyakini apa yang akan dilakukannya dan apa yang menjadi impiannya setelah mengikuti acara talkshow 30 CINTA (Ayu Rizkia, IG @ayrz_rha). Siti Anisah (IG @anisah_adon) menyatakan bahwa acara talkshow ini sangat bermanfaat dan menginspirasi generasi muda mahasiswa IPB. Lain lagi dengan Holidin (IG @holidin_23) yang awalnya malas-malasan untuk hadir di acara talkshow ini, namun sangat bersyukur bahwa ia telah melangkahkan kaki ke jalan yang benar dengan hadir di acara 30 CINTA.
“Bukan sekedar acara talkshow biasa”, tulis Holidin. Pipin N (IG @pipinnvnd) merangkum kesimpulan dalam selama talkshow ini, sebagai berikut: (1) Tuhan akan membantu bila kita melakukan segala sesuatunya dengan kerja keras dan sungguh-sungguh, (2) Bekal terpenting dalam memasuki dunia kerja adalah pengetahuan, ketrampilan, dan attitude (sikap), (3) selalu berpikir positif dan bertindak strategis.
Semua peserta talkshow masih berkesempatan mendapatkan hadiah tambahan jika membuat ulasan tentang acara 30 Cinta Faperta ini di blog maupun sosial media lainnya. Pemenang Utama akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp 500.000 dan tas menarik. Lima pemenang lainnya akan mendapatkan hadiah uang tunai masing-masing sebesar Rp 100.000. Hadiah akan diberikan pada sesi Acara 30 Cinta Fateta yang akan berlangsung di Balairung Abdul Muis Nasution, Sabtu tanggal 12 Mei 2018. (*/sn)
30 Cinta untuk IPB
Jumat, 11 Mei 2018 22:52 WIB
Diskusi yang dikemas dengan sangat apik oleh dua moderator Diana dan Agus, membuat antusias banyak peserta.