Kabupaten Bogor (ANTARA) - Pengamat sosial budaya dari Universitas Pakuan Dr. Agnes Setyowati menilai pemasangan papan nama jalan dengan multibahasa di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sebagai simbol toleransi dan identitas budaya.
"Dengan menampilkan berbagai bahasa di nama jalan membantu pelestarian bahasa lokal dan memperkuat identitas budaya setempat, sekaligus menghormati sejarah multikultural Indonesia," kata Agnes di Bogor, Selasa.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor di bawah kepemimpinan Bupati Rudy Susmanto mulai memasang papan nama di beberapa ruas jalan dengan menggunakan tiga bahasa yakni Indonesia, Inggris, serta aksara Sunda.
Selain itu Pemkab Bogor juga menamai ruas jalan dengan nama-nama tokoh bangsa, seperti jalan lingkar Stadion Pakansari dinamai Ipik Gandamana. Kemudian, penghubung Stadion Pakansari - lampu merah Kandang Roda sebagai Jalan Jenderal Sudirman. Kemudian, penghubung lampu merah Kandang Roda - Tugu Pancakarsa sebagai Jalan Soekarno Hatta.

Nama jalan berbahasa asing atau multibahasa dapat meningkatkan daya tarik wisata dan memperlihatkan kota yang ramah terhadap wisatawan internasional. Ini secara tidak langsung berkaitan dengan aspek kebudayaan, karena pariwisata juga menjadi bagian dari pelestarian dan promosi budaya.
Menurut dia, penggunaan tiga bahasa juga bisa menjadi bentuk penghormatan terhadap sejarah panjang Bogor sebagai kota yang pernah menjadi pusat pemerintahan kolonial dan juga sebagai kota dengan budaya Sunda yang kuat.
Penggunaan tiga bahasa pada nama jalan di Bogor tidak hanya sekadar penamaan, tetapi juga merupakan cerminan dari keberagaman sejarah, budaya, dan identitas masyarakat setempat. Ini memperlihatkan bagaimana kebudayaan dan sejarah saling terkait dan dijaga melalui simbol-simbol seperti nama jalan.
Penamaan tiga bahasa bisa dimaknai sebagai simbol toleransi dan keberagaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Bogor menghargai keberagaman budaya dan bahasa.
"Ini mencerminkan nilai toleransi dan saling menghormati antar komunitas yang berbeda, seperti masyarakat lokal Sunda, keturunan Belanda, dan masyarakat Indonesia secara umum," ujar Agnes.
Nama jalan yang menggunakan berbagai bahasa adalah bentuk penghargaan terhadap sejarah panjang dan warisan budaya daerah tersebut. Menurut dia, hal ini membantu memastikan generasi muda memahami asal-usul tempat mereka dan menghargai warisan budaya yang kompleks.
Dengan menggabungkan bahasa lokal, nasional, dan internasional, nama jalan menjadi simbol identitas yang kuat.
"Ini menunjukkan masyarakat Bogor bangga akan akar budaya mereka sekaligus mengakui pengaruh sejarah kolonial dan nasionalisme Indonesia serta terbuka terhadap dunia internasional," paparnya.
Agnes menilai dalam era globalisasi, penggunaan multi-bahasa di nama jalan juga mencerminkan upaya menjadikan Bogor sebagai kota yang terbuka dan ramah terhadap dunia internasional, misalnya untuk wisatawan asing atau pelaku bisnis internasional yang berkunjung.
Dalam konteks modern, penggunaan beberapa bahasa juga mencerminkan perkembangan kota yang mengikuti tren global dan modernisasi. Kota yang menghargai keberagaman bahasa menunjukkan bahwa mereka beradaptasi dengan dunia yang semakin interconnected.
Ia menjelaskan nama jalan dalam tiga bahasa dapat menjadi alat pendidikan yang efektif, membantu masyarakat dan pengunjung mengenal lebih dalam tentang sejarah, budaya, dan bahasa daerah, serta menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas lokal.
Nama jalan yang multibahasa juga mencerminkan hasil perpaduan budaya yang harmonis, menunjukkan Bogor adalah kota yang mampu menjaga tradisi lokal sambil beradaptasi dengan pengaruh luar.
Penggunaan tiga bahasa juga mencerminkan representasi multikulturalisme, keberagaman etnis dan budaya di Bogor yang merupakan kota multikultural. Ini menunjukkan bahwa kota tersebut menyambut dan merayakan berbagai identitas budaya, menjadikannya tempat yang inklusif dan toleran.
Nama jalan yang menggunakan berbagai bahasa dapat berfungsi sebagai jembatan yang memperkuat hubungan antarbudaya, baik antar masyarakat lokal maupun antara masyarakat lokal dan pendatang dari luar negeri. Ini membantu membangun rasa saling pengertian dan kerja sama.
Penggunaan berbagai bahasa di nama jalan bisa memicu rasa ingin tahu dan belajar tentang bahasa dan budaya lain. Ini dapat menjadi bagian dari upaya edukasi masyarakat dan generasi muda tentang pentingnya multikulturalisme dan keberagaman.
"Beberapa nama jalan dalam tiga bahasa mungkin juga berhubungan dengan tokoh, peristiwa, atau budaya tertentu yang penting secara historis dan budaya. Penggunaan berbagai bahasa menegaskan pentingnya menghormati warisan tersebut dari berbagai perspektif," ujar Agnes.