Jakarta (ANTARA) - Tanggal 2 April 2025 merupakan waktu yang istimewa bagi Presiden Amerika Serikat Donald Trump, karena pria kelahiran14 Juni 1946 ini akan mengumumkan "Hari Pembebasan" yang merupakan eufemisme dari pemberlakuan tarif oleh AS kepada perekonomian global.
Pengumuman itu, sebagaimana diberitakan di berbagai media global, rencananya akan dilakukan secara formal dalam ajang bertajuk Make America Wealth Again (Membuat Amerika Kaya Kembali), yang dijadwalkan bakal diselenggarakan di White House Rose Garden atau Taman Mawar Gedung Putih.
Lokasi tersebut merupakan sebuah taman indah di dekat Ruang Oval (kantor resmi Presiden AS) yang identik dengan berbagai pemandangan bunga berwarna-warni, terutama mawar (tentu saja selaras dengan namanya Taman Mawar Gedung Putih), yang kerap menjadi tempat konferensi pers dan upacara resmi.
Singkatnya, Taman Mawar Gedung Putih memiliki sebuah makna yang historis bagi pemerintahan AS serta merupakan simbol tradisi taman di Gedung Putih.
Mengapa Trump menyebut pengumuman pemberlakuan tarif global sebagai "Hari Pembebasan" bagi AS? Tentu saja Trump, yang merupakan seorang selebritis sejak lama (di banyak negara dikenal perannya dalam The Apprentice yang tayang 2004-2017), perlu adanya acara pencitraan yang membahana untuk itu.
Untuk itu, acara yang dihelat di Taman Mawar Gedung Putih nampaknya dilakukan untuk menampilkan dramatisasi dalam menunjukkan kebijakan tarifnya kepada seluruh dunia. Apalagi, Trump telah berkoar bahwa dia akan membuat AS kembali lagi kepada masa keemasannya, selaras dengan slogan Make America Great Again.
Trump menyebut pengumuman tarif global itu sebagai "Hari Pembebasan" karena pihaknya meyakini bahwa kebijakan tersebut akan membebaskan Amerika Serikat dari berbagai praktik perdagangan yang tidak adil dan ketidakseimbangan perdagangan global.
Trump beberapa kali menyatakan bahwa berbagai negara asing telah memanfaatkan AS sehingga memiliki berbagai kebijakan perdagangan yang merugikan kepentingan negara adidaya itu. Lucu juga mendengar keluhan rugi datang dari sebuah negara adidaya.
Dengan adanya kebijakan tarif secara global, maka pemerintah AS akan mempertegas kebijakan America First yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan manufaktur dan lapangan kerja AS sekaligus mengurangi defisit perdagangan.
Tentu saja, banyak sekali pakar ekonomi dari beragam negara dan berbagai spektrum perekonomian yang telah memperingatkan bahwa perang tarif dagang tidak akan menguntungkan seluruh pihak yang terlibat secara langsung, bahkan akan menaikkan harga-harga yang akan dibebankan kepada konsumen di banyak negara, termasuk di Amerika Serikat.
Meskipun tarif memang dapat memberikan perlindungan sementara bagi beberapa industri, tarif tidak serta-merta mengarah pada kebangkitan jangka panjang manufaktur AS secara besar-besaran.
Pasalnya, banyak perusahaan yang mengandalkan impor murah untuk produksi mereka (seperti perusahaan di industri elektronik, mobil, atau barang konsumen) menghadapi biaya yang lebih tinggi karena tarif bahan baku dan komponen.
Dengan pemberlakuan kebijakan tarif oleh Trump, maka berpotensi membuat produk mereka lebih mahal dan kurang kompetitif.
Ketidakpastian bisnis
Selain itu, tarif dapat menciptakan ketidakpastian dalam lingkungan bisnis, membuat perusahaan ragu untuk berinvestasi atau berekspansi, terutama jika mereka takut akan pembalasan dari negara lain.
Jadi, meskipun beberapa bagian dari sektor manufaktur merasakan manfaatnya, "ledakan" yang luas bagi manufaktur AS kemungkinan bakal tidak terwujud seperti yang dibayangkan Trump.
Manufaktur di AS masih sangat dipengaruhi oleh rantai pasokan global, dan biaya produksi (termasuk tenaga kerja dan bahan) merupakan faktor yang signifikan.
Dampak yang dapat terjadi antara lain adalah tarif kerap menyebabkan harga barang yang bergantung pada impor menjadi lebih tinggi, seperti barang elektronik seperti telepon pintar, komputer, dan TV menjadi lebih mahal karena sering kali bergantung pada suku cadang dari negara lain.
Di bidang lainnya, barang konsumen seperti pakaian, peralatan, dan mainan juga mengalami kenaikan harga karena tarif bahan baku atau produk jadi. Harga pangan juga berpotensi meningkat dalam beberapa kasus, terutama untuk barang yang bergantung pada impor pertanian.
Karena peritel dan produsen AS akan membeli produk dari luar negeri dengan biaya lebih tinggi, maka bisa menyebabkan PHK atau pengurangan perekrutan pegawai, serta eksportir menderita karena adanya tarif balasan terhadap barang-barang AS.
Namun, Trump tetap meyakini bahwa dengan tarif (yang disebutnya sebagai kata terindah yang ada dalam kamus), Amerika Serikat akan dapat terbebas dari sebuah sistem "globalis" yang lebih menguntungkan negara lain daripada AS.