Ankara (ANTARA) - Melanjutkan upaya kontroversial AS untuk menguasai Greenland, Wakil Presiden JD Vance menyerukan agar pemerintah pulau tersebut memutuskan hubungan historisnya dengan Denmark.
Vance juga menghendaki Greenland menjalin kemitraan dengan AS, dengan menuduh Kopenhagen kurang berinvestasi dalam pembangunan Greenland, demikian laporan media.
Dalam kunjungan singkat ke Pangkalan Luar Angkasa Pituffik milik AS di Greenland utara pada Jumat (28/3), Vance mengeklaim bahwa AS adalah "satu-satunya negara di dunia yang akan menghormati kedaulatan dan keamanan rakyat Greenland," demikian dilaporkan BBC.
"Anda (Denmark) kurang berinvestasi dalam kesejahteraan rakyat Greenland dan dalam keamanan wilayah yang luar biasa indah ini," kata Vance kepada pemerintah Denmark, tanpa memberikan bukti sedikit pun untuk mendukung klaimnya.
Baca juga: Denmark gelar aksi protes soal sikap AS atas Greenland
Vance mengurangi agenda kunjungannya di Greenland setelah muncul laporan bahwa ia akan menghadapi aksi protes jika mengunjungi lebih banyak tempat umum.
Didampingi Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz dan Menteri Energi Chris Wright, Vance mengatakan bahwa AS tidak memiliki rencana segera untuk meningkatkan kehadiran pasukan di pulau itu, tetapi akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya, termasuk kapal angkatan laut dan kapal militer berpemecah es.
Dengan suhu ekstrem mencapai minus 19 derajat Celsius, kunjungan Vance berlangsung hanya beberapa jam, tetapi pernyataannya menuai reaksi keras.
Perdana Menteri Greenland, Jens-Frederik Nielsen, mengecam kunjungan tersebut sebagai bentuk "kurangnya rasa hormat terhadap rakyat Greenland."
Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, juga membantah tuduhan Vance, dengan menyatakan bahwa negaranya telah meningkatkan anggaran pertahanan di Arktik secara signifikan, termasuk sistem pengawasan baru, drone jarak jauh, dan kapal patroli.
Baca juga: Trump ungkap rencana aneksasi Greenland
"Selama bertahun-tahun, kami telah berdiri berdampingan dengan Amerika," kata Frederiksen. "Oleh karena itu, cara Wakil Presiden menggambarkan Denmark tidaklah akurat."
Sejak 2009, Greenland telah mengelola urusan domestiknya sendiri, sementara kebijakan luar negeri dan pertahanan tetap berada di bawah kendali Kopenhagen.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa mayoritas besar rakyat Greenland menolak aneksasi oleh AS.
Warga Greenland pun mengungkapkan kekhawatiran atas minat Washington.
"Saya khawatir," kata seorang perempuan lokal bernama Nina.
"Ini terasa aneh, saya tidak menyukainya," tambahnya dengan cemas.
Baca juga: Pemerintah koalisi baru Greenland terus memperjuangkan kemerdekaan
Sementara itu, Presiden Donald Trump di Washington menegaskan bahwa menguasai Greenland sangat penting bagi "keamanan internasional," dengan alasan keberadaan kapal-kapal China dan Rusia di perairan sekitarnya.
"Kami harus memiliki Greenland. Ini bukan pertanyaan soal bisa atau tidak hidup tanpanya. Kami tidak bisa," ucap Trump.
Politisi Greenland, Qupanuk Olsen, memperingatkan: "Kami takut dijajah lagi. Sekarang ada penjajah lain yang tertarik pada kami."
Sumber: Anadolu