Manila, Filipina (ANTARA) - Filipina sedang gunjang ganjing politik yang dahsyat.
Lagi-lagi lantaran kekacauan di elit politik negeri itu, bahkan tragedi menimpa bapak dan anak dari keluarga Duterte.
Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte (79 tahun) ditangkap pihak Kepolisian setibanya di Manila pada Selasa, menyusul surat perintah penangkapan yang dikeluarkan Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Menurut pernyataan Kantor Komunikasi Presiden (PCO) Filipina, surat penangkapan itu diterima Organisasi Polisi Kriminalitas Internasional (Interpol) dari ICC pada Selasa pagi.
Duterte tiba di Filipina pukul 9:20 pagi waktu setempat, dengan menggunakan penerbangan CX 907 Cathay Pacific dari Hong Kong.
Setibanya di Bandara, kata PCO, Jaksa Penuntut Umum menyerahkan pemberitahuan resmi ICC yang mengonfirmasi surat penangkapan untuk mantan Presiden Filipina itu.
Menurut ICC, Duterte menghadapi dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan selama melancarkan "perang berdarah" melawan kejahatan narkoba.
PCO meyakinkan masyarakat bahwa pria berusia 79 tahun itu dalam kondisi sehat dan langsung menjalani pemeriksaan kesehatan.
"Mantan Presiden (Duterte) bersama timnya dalam kondisi sehat dan sedang dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter untuk memastikan kesehatannya," kata PCO.
Petugas Kepolisian Filipina yang menjalankan surat perintah penangkapan tersebut juga dilengkapi dengan kamera tubuh guna memastikan transparansi selama operasi penangkapan berlangsung, katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Filipina mengatakan bahwa pihaknya tidak akan bekerja sama dengan investigasi ICC dalam kasus yang menyeret Duterte. Namun, pemerintah Filipina menggarisbawahi bahwa pihaknya berkewajiban untuk bertindak mematuhi Interpol.
Pemakzulan
Sementara itu, Dewan Perwakilan Rakyat Filipina resmi memakzulkan Wakil Presiden Filipina Sara Duterte setelah mosi pemakzulan yang diajukan di parlemen disetujui lebih dari 200 anggota DPR. Sara Duterte adalah anak Rodrigo Duterte.
Dalam sidang paripurna DPR Filipina pada Rabu (5/2/2025), Sekretaris Jenderal DPR Reginald Velasco menyatakan bahwa sekurangnya 215 dari 318 anggota DPR telah secara tersumpah menyatakan dukungan mereka terhadap pemakzulan Duterte, demikian dilaporkan kantor berita Filipina, PNA.
Ketua fraksi mayoritas DPR Mannix Dalipe menyatakan, jumlah dukungan tersebut telah melampaui ambang batas sepertiga anggota DPR supaya parlemen membahas dan memutuskan usulan pemakzulan.
Berdasarkan jumlah dukungan yang mencukupi, Ketua DPR Filipina Martin Romualdez pun mengetuk palu untuk mengesahkan mosi pemakzulan Sara Duterte dari jabatan wakil presiden.
Proses pemakzulan selanjutnya akan berlangsung di Senat Filipina, di mana para senator akan mengadili dan memutuskan apakah Duterte patut dilucutkan dari jabatannya atau tidak.
Mosi pemakzulan harus mendapat persetujuan dari dua per tiga anggota Senat.
DPR Filipina telah menunjuk 11 anggotanya untuk menjadi jaksa penuntut melawan Wapres Duterte dalam persidangan di Senat Filipina.
Menurut laporan PNA, pemakzulan Wapres Duterte didasari oleh enam tuduhan pelanggaran konstitusi, undang-undang (UU) anti-suap dan tindak korupsi, serta UU lainnya.
Tuduhan pertama adalah terlibat dalam konspirasi untuk membunuh Presiden Ferdinand R. Marcos Jr., Ibu Negara Liza Araneta Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez yang terbukti dalam penyelidikan oleh komisi DPR.
DPR Filipina turut mendapati Wapres Duterte, yang sempat rangkap jabatan sebagai menteri pendidikan, menyalahgunakan dana hingga 612,5 juta peso (Rp172,3 miliar) serta melakukan suap dan korupsi di lingkungan kementerian.
Lebih lanjut, Wapres Duterte dituduh terlibat dalam pembunuhan di luar hukum saat menjadi walikota Davao serta gagal melaporkan harta kekayaan menyusul temuan otoritas Filipina bahwa kenaikan hartanya tak memiliki asal-usul yang jelas.
Duterte juga dituduh mengganggu stabilitas negara dengan aksi-aksinya seperti memboikot pernyataan tahunan Presiden Marcos di Parlemen Filipina, memimpin demonstrasi menuntut pengunduran diri Presiden Marcos, dan menghalangi penyelidikan parlemen.
Apabila didakwa bersalah oleh Senat Filipina melalui persetujuan dua per tiga senator, Sara Duterte akan resmi dilucutkan dari jabatan wakil presiden dan tak lagi diperbolehkan memegang jabatan publik seumur hidupnya.
Wakil Presiden Filipina Sara Duterte pada Jumat mengatakan bahwa dia tidak berencana mengundurkan diri meskipun dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Filipina.
Duterte mengatakan kepada wartawan bahwa dia masih membaca keluhan pemakzulan tersebut dan pengacaranya sedang mengkaji hal itu, harian Inquirer melaporkan.
"Kami belum sampai di tahap itu (mengundurkan diri), hal itu masih belum dipertimbangkan," ujar Duterte.
Putri mantan Presiden Rodrigo Duterte itu dimakzulkan setelah dua pertiga anggota parlemen Filipina menandatangani petisi pemecatannya atas tuduhan menyalahgunakan anggaran ketika memimpin Kementerian Pendidikan.
Setelah ditandatangani, petisi kemudian diajukan ke Senat untuk sidang yang kemungkinan memutuskan untuk Duterte tidak boleh lagi memegang jabatan publik.
Petisi tersebut muncul di tengah perseteruan antara Wapres Sara Duterte dan Presiden Ferdinand Marcos Junior, dimana Duterte menuduh Marcos menginginkan kematiannya.
Menurut Duterte, Marcos melihatnya sebagai "ancaman terbesar" untuk dapat terpilih kembali sebagai presiden pada 2028.
Marcos dan Duterte adalah pasangan capres-cawapres dalam pemilihan umum 2022, yang kemudian memenangkan masa jabatan selama enam tahun bersama.
Namun, aliansi politik diantara keduanya telah berbalik dalam beberapa bulan terakhir, yang menyebabkan Duterte mengundurkan diri dari Kabinet Marcos pada Juni lalu, saat dia bertanggung jawab untuk kementerian pendidikan.
Sara Duterte pada Jumat (7/2/2025) mengatakan bahwa dia tidak berencana mengundurkan diri meskipun dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Filipina.
Duterte mengatakan kepada wartawan bahwa dia masih membaca keluhan pemakzulan tersebut dan pengacaranya sedang mengkaji hal itu, harian Inquirer melaporkan.
"Kami belum sampai di tahap itu (mengundurkan diri), hal itu masih belum dipertimbangkan," ujar Duterte.
Putri mantan Presiden Rodrigo Duterte itu dimakzulkan setelah dua pertiga anggota parlemen Filipina menandatangani petisi pemecatannya atas tuduhan menyalahgunakan anggaran ketika memimpin Kementerian Pendidikan.
Setelah ditandatangani, petisi kemudian diajukan ke Senat untuk sidang yang kemungkinan memutuskan untuk Duterte tidak boleh lagi memegang jabatan publik.
Petisi tersebut muncul di tengah perseteruan antara Wapres Sara Duterte dan Presiden Ferdinand Marcos Junior, dimana Duterte menuduh Marcos menginginkan kematiannya.
Menurut Duterte, Marcos melihatnya sebagai ancaman terbesar untuk dapat terpilih kembali sebagai presiden pada 2028.
Marcos dan Duterte adalah pasangan capres-cawapres dalam pemilihan umum 2022, yang kemudian memenangkan masa jabatan selama enam tahun bersama.
Namun, aliansi politik diantara keduanya telah berbalik dalam beberapa bulan terakhir, yang menyebabkan Duterte mengundurkan diri dari Kabinet Marcos pada Juni lalu, saat dia bertanggung jawab untuk kementerian pendidikan.
Sumber: PNA-OANA, Anadolu
Baca juga: 25 anggota parlemen tambahan dukung pemakzulan Wakil Presiden Sara Duterte
Baca juga: Ketegangan China-Filipina meningkat