New York (ANTARA) - Dana Anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan bahwa anak-anak di Negara Palestina, yang kerap menjadi korban konflik yang tak kunjung berakhir, masih kekurangan pasokan dan layanan paling esensial.
"Hampir semua 2,4 juta anak yang tinggal di Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur dan Jalur Gaza terkena imbasnya. Sejumlah anak hidup dengan rasa ketakutan atau kecemasan yang luar biasa, sedangkan yang lain menghadapi konsekuensi nyata kurangnya bantuan dan perlindungan kemanusiaan, pengungsian, kehancuran atau kematian. Semua anak harus dilindungi."
Pernyataan itu disampaikan Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Edouard Beigbeder, setelah merampungkan misi empat hari ke Tepi Barat Dan Jalur Gaza.
"Tanpa bantuan yang masuk ke Jalur Gaza, sekitar satu juta anak hidup tanpa kebutuhan pokok yang mereka perlukan untuk bertahan hidup - sekali lagi," katanya.
Baca juga: Anak Rohingya penderita gizi akut melonjak 27 persen
Baca juga: UNICEF: Gaza krisis air
Baca juga: Gaza vaksinasi polio targetkan 600 ribu anak
Sementara itu, lanjut Beigbeder, di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, lebih dari 200 anak Palestina dan tiga anak Israel terbunuh sejak Oktober 2023. Angka itu merupakan yang tertinggi selama kurun waktu tersebut dalam dua dekade terakhir.
"Anak-anak tidak boleh dibunuh, terluka, atau mengungsi, dan semua pihak harus menghormati kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional. Kebutuhan pokok dan perlindungan warga sipil harus dipenuhi, dan bantuan kemanusiaan harus segera diberikan akses dan dalam jumlah yang besar".
"Puluhan ribu anak terbunuh dan terluka. Kita tidak boleh kembali pada situasi yang membuat angka tersebut semakin bertambah," ucapnya.
Sumber: WAFA-OANA