Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membantah deflasi ekonomi terjadi akibat pelemahan daya beli masyarakat.
“Banyak yang memberikan interpretasi kita deflasi karena masyarakat lesu. Tidak juga,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Maret 2025 di Jakarta, Kamis.
Komponen inflasi yang mengalami penurunan adalah harga diatur pemerintah (adminestered price) lantaran sejumlah kebijakan strategis pemerintah, misalnya penurunan harga tiket pesawat karena insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah serta diskon listrik 50 persen pada dua bulan pertama 2025.
Selain itu, ada diskon tarif tol menjelang Lebaran, penyesuaian harga tiket transportasi di sejumlah titik, dan program mudik gratis yang bisa mengurangi pengeluaran masyarakat.
Sri Mulyani menyatakan deflasi lebih disebabkan oleh intervensi pemerintah, bukan permintaan menurun.
Rekor deflasi justru menjadi prestasi Indonesia, mengingat banyak negara lain kesulitan menekan angka inflasi yang tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,09 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Februari 2025 dan menurut Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, deflasi itu pertama kali terjadi sejak deflasi tahunan terakhir pada Maret 2000.
Baca juga: Makna deflasi pertama dalam 25 tahun terakhir di Indonesia
Baca juga: BPS: Deflasi Februari 2025 pertama kali sejak bulan Maret tahun 2000