Kota Bogor (ANTARA) - Direktur Utama Perum BULOG Bayu Krisnamurthi, mengapresiasi buku “Pentingnya Stabilisasi Pangan di Indonesia”, yang diluncurkan oleh Perhimpunan Ekonomi Pertanian (Perhepi).
Bayu di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu, menyampaikan buku ini menjawab hal-hal terkait stabilisasi pangan di Indonesia sehingga membantu menjadikan pangan dan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik.
“Terbitnya buku Stabilisasi Pangan ini sangat tepat dan menjadi bagian diskursus kita bersama, untuk menjadikan pangan Indonesia dan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik,” kata Bayu.
Ia pun berterima kasih kepada 26 ekonom terkemuka di tanah air, yang telah menguraikan persoalan dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan stabilisasi pangan di Indonesia.
Menurut Bayu, buku ini menjawab tiga pertanyaan terkait stabilisasi pangan. Pertama, buku ini menjawab apakah stabilisasi pangan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh negara Indonesia.
Baca juga: Bulog Dramaga Bogor sediakan 7.000 ton beras/bulan hadapi musim kemarau
“Tantangan yang dihadapi sangat besar dan menyakin nyata. Krisis illim, ketidakpastikan geopolitik global, gangguan dari rantai pasok pangan. Bukan hanya di Indoneisa, tapi juga di berbagai negara dunia,” jelasnya.
Poin kedua, lanjut dia, dalam buku ini dijelaskan apakah stabilisasi pangan merupakan hal yang penting dan harus diusahakan. Termasuk bagaimana caranya agar stabilitas pangan di Indonesia tercapai.
“Apakah menghimpun stok atau cadangan pangan pemerintah? Atau mungkin langkah semacam memberikan bantuan pangan, memastikan kelompok masyarakat berpendapatan rendah yang paling sensitif terhadap harga pangan dan ketersediaan pangan itu terpenuhi kebutuhannya?” ucapnya.
Bayu menyebut, salah satu langkah dalam mencapai stabilisasi pangan ialah melalui program beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Disertai dengan operasi pasar pangan yang terukur, sistematis, dan dalam jangkauan yang cukup.
Baca juga: Bulog pastikan beras SPHP tetap laris di Bogor meski alami kenaikan harga
Menurut Bayu, buku ini juga memantik diskusi agar masyarakat paham bagaimana melaksanakan stabilisasi pangan di Indonesia. Juga menjawab, apakah stabilisasi pangan di Indonesia sudah strategis.
“Kita kemudian juga sudah bisa menjawab instrumen apa yang dibangun, dikembangkan, diperkuat oleh kita sebagai bangsa agar stabilisasi oangan tercapai dan terlalsana secara efisien dan efektif,” ujarnya.
Bayu menyampaikan, Perum BULOG sendiri sudah melaksanakan tugas stabilisasi pangan selama kurang lebih 57 tahun. Banyak pengalaman dan permasalahan yang dihadapi BULOG, yang saat ini menjadi modal penting untuk menghadapi isu selanjutnya.
“Kita harus juga melihatnya secara objektif, bagaimana instrumen yang bisa dikembangkan untuk melaksanakan stabilisssi pangan itu sendiri dan cara-cara yang tepat ke depan,” kata Bayu. (KR-SBN)