Jakarta (ANTARA) - Banjarnegara, sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang mungkin sebelumnya hanya terkenal sebagai salah satu sentra pertanian di Jawa Tengah, kini menjadi sorotan dunia berkat seorang pemuda berbakat, Riza Azyumarridha Azra.
Riza sukses menciptakan perubahan besar dalam dunia pertanian singkong dan memperkenalkan produk olahan singkong, tepung mocaf, hingga ke pasar internasional.
Perubahan besar dalam hidupnya dimulai ketika ia terlibat dalam Sekolah Inspirasi Pedalaman Banjarnegara. Di saat itulah, ia menyadari masalah besar yang dihadapi oleh petani singkong di daerah tersebut. Harga singkong yang hanya sekitar Rp200 per kilogram membuat banyak petani mengalami kerugian besar, bahkan hingga mengabaikan panennya sendiri.
Kisah pilu petani singkong yang putus asa ini menggetarkan hati Riza. Ia mulai mencari solusi bersama aktivis sosial lainnya dengan berkonsultasi kepada para ahli singkong. Hasilnya, muncullah ide untuk mengolah singkong menjadi tepung mocaf (Modified Cassava Flour), yang memiliki karakteristik mirip dengan tepung terigu.
Riza tidak tinggal diam setelah menemukan solusi ini, Ia memulai perjalanan belajar tentang produksi tepung mocaf dari nol dan kemudian berbagi pengetahuan ini kepada petani lainnya. Mereka dilatih hingga dapat memproduksi mocaf secara mandiri dan mendapatkan harga jual yang lebih tinggi daripada singkong segar.
Baca juga: IPB Teliti Cara Deteksi Kandungan Nutrisi pada MOCAF
Indonesia, yang merupakan penghasil singkong terbesar kedua di dunia setelah Brasil, seharusnya tidak hanya menjadi importir besar tepung terigu. Ironisnya, bahan dasar tepung terigu harus diimpor, sementara negeri ini memiliki potensi besar dalam budidaya singkong. Dengan tekad bulatnya, Riza bersama rekan-rekannya mendirikan Rumah Mocaf Indonesia.
Di dalam Rumah Mocaf, mereka membentuk tiga kelompok utama: petani singkong, ibu-ibu perajin mocaf, dan generasi muda. Petani singkong diberdayakan mulai dari pemilihan lahan hingga proses pemupukan untuk menghasilkan singkong berkualitas. Ibu-ibu dipekerjakan sebagai tenaga lepas yang mahir mengolah singkong menjadi tepung mocaf, sedangkan generasi muda bertugas dalam pengemasan produk dan pemasaran.
Riza dan Rumah Mocaf tidak hanya berhenti di situ, mereka mendirikan harga pokok produksi bersama-sama dengan ketiga kelompok ini. Dalam beberapa tahun, harga singkong yang sebelumnya hanya Rp200 per kilogram naik menjadi Rp1.500 per kilogram setelah diolah menjadi mocaf. Langkah ini memastikan bahwa semua pihak saling mendukung dan adil dalam berbisnis.
Metode yang diterapkan oleh Rumah Mocaf ini bukan hanya berhasil mengakhiri dominasi tengkulak yang merugikan petani, tetapi juga memberikan pekerjaan kepada ibu-ibu di komunitas. Selain itu, generasi muda yang terlibat dalam proyek ini mendorong modernisasi dalam pertanian dan pengolahan produk.
Baca juga: Lampung Tuan Rumah Mengatasi Rendahnya Harga Singkong
Perjalanan panjang ini tidaklah mudah. Produk olahan singkong mereka awalnya kesulitan diterima di pasar lokal, terutama karena tujuannya adalah untuk pemberdayaan masyarakat.
Setelah sebelumnya memasarkan penjualannya secara konvensional, Rumah Mocaf Indonesia akhirnya mengubah model bisnisnya ke bisnis digital pada tahun 2018.
Dengan perubahan tersebut akhirnya berdampak ke penjualan dan cakupan pasar Rumah Mocaf yang semula harus keliling dari toko ke toko, kini mereka melakukan itu cukup dengan mengeklik tombol-tombol fitur di medsos atau Google untuk mengetahui siapa saja sebenarnya pencari produk mereka. Penjualan juga jadi naik signifikan.
“Kalau dulu masuk ke beberapa toko, mereka cuma mencoba dulu produk kami. Atau kalaupun beli cuma berapa, bahkan ada yang konsinyasi. Ketika masuk ke online, sekali closing bisa 200-600 item dan dibayar cash. Hal-hal seperti itu yang menjadikan impaknya cukup signifikan,” kata Riza.
Dengan dedikasi dan semangatnya, Rumah Mocaf berhasil meraih kesuksesan besar. Ia juga berhasil mendapatkan berbagai penghargaan, salah satunya UKM Award 2022 yang diselenggarakan oleh kementerian perdagangan (Kemendag)
Baca juga: MSI : Singkong Harus Menjadi Komoditi Strategis Nasional
UKM award sendiri merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan oleh kementerian perdagangan. UKM award memberikan kesempatan bisnis dan penghargaan kepada pelaku usaha yang telah berkreasi dan menciptakan produk pangan unggulan dengan kearifan lokal masing-masing. Penghargaan ini diharapkan dapat membantu mereka memperluas akses pasar dan meningkatkan kualitas produk.
“UKM award ini merupakan ajang tahunan, untuk tahun ini pendaftaran sudah mulai dibuka dari tanggal 19 juni kemarin” kata Krisna Ariza, Direktur Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri.
Krisna juga mengatakan, para pemenang nantinya tak hanya mendapatkan penghargaan berupa trophy dan sertifikat, tapi juga dana pembinaan dari para sponsor yang bekerja sama. Tak sampai disitu, pelaku ukm juga akan bertemu langsung dengan para pembeli potensial yang datang dari dalam negeri hingga manca negara.
Krisna juga mengatakan UKM Pangan Award adalah salah satu upaya terobosan Kemendag untuk mengangkat martabat UMKM di sektor pangan di Indonesia.
“Dengan inovasi dan kolaborasi yang kuat, program ini akan terus berperan penting dalam meningkatkan kualitas dan daya saing UMKM pangan Indonesia. Semoga UKM Pangan Award tahun ini akan membawa lebih banyak prestasi dan kesuksesan bagi para pelaku UMKM pangan di seluruh negeri”, kata Krisna.
Hingga saat ini produk tepung mocaf telah menembus pasar internasional, termasuk Malaysia, Singapura, Dubai, Oman, Inggris, Turki dan bahkan Amerika. Hal tersebut tak menutup kemungkinan untuk para penggiat UMKM lain untuk terus berinovasi dan melebarkan sayapnya.
Ubah singkong jadi bisnis berdaya saing global
Sabtu, 16 September 2023 17:39 WIB