"Kami pastikan kurikulum berjalan dengan baik, begitu pula dengan kegiatan belajar mengajar," kata Muhammad Nasir, saat dikonfirmasi di Indramayu, Jawa Barat, Kamis.
Nasir mengatakan proses KBM harus menyatu sebagai program kegiatan santri dan guru harus dilakukan secara menyeluruh, dan tidak boleh diganggu dengan kegiatan apapun.
Baca juga: MUI Jabar apresiasi sikap dan alasan Gubernur Ridwan Kamil terkait Al-Zaytun
Baca juga: Kapolri: Butuh kecermatan dalam lengkapi alat bukti terkait kasus Panji Gumilang
"Tugas anak-anak semuanya adalah belajar, sedangkan tugas para guru adalah mendidik dan mengajar, tidak boleh diganggu," tegasnya.
Senada dengan hal tersebut, Presiden Organisasi Pelajar Ma'had Al Zaytun Shabrina Tifa Azzahra juga mengaku dirinya dan teman-temannya tidak merasa terganggu dengan adanya polemik tersebut.
Ia menegaskan tidak ada perbedaan apapun dalam kegiatan belajar mengajar yang ada di Ma'had Al Zaytun sebelum dan setelah adanya berbagai polemik tersebut.
Baca juga: Bareskrim Polri minta keterangan PPATK usut TPPU pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang
"Tugas kami belajar dan berkarya, bukan mengatasi atau menjadikan itu pusat pemikiran untuk memahami berita di luar," kata Shabrina.
Santriwati asal Tangerang, Banten tersebut mengaku dirinya bahagia menjadi seorang santriwati di Ma'had Al Zaytun. Hal tersebut dibuktikannya dengan dirinya yang menimba ilmu di institusi tersebut sejak 2015, atau sejak kelas IV Madrasah Ibtidaiyah (MI), hingga kelas XII MA sekarang.