Jakarta (ANTARA) - Berawal dari tugas sekolah berupa proyek Creativity Action and Service (CAS), pelajar asal Indonesia Ellena Gabrielle berhasil menerbitkan buku terkait burung-burung yang ada di Singapura.
Buku dengan judul “Get to Know Them: Introduction to Singapore’s Common Bird Folk!” diluncurkan di Singapura pada 4 Februari lalu. Buku berbahasa Inggris setebal 74 halaman tersebut mengulas sebanyak 20 jenis burung yang ada di negeri jiran itu.
Proyek CAS merupakan tugas sekolah dengan Kurikulum IB Diploma minimal 150 jam dalam 1,5 tahun. Salah satu kegiatan yang dilakukannya untuk tugas sekolah itu dengan melakukan pengamatan terhadap burung-burung di puluhan taman di alam liar atau habitat asli mereka.
“Setiap kali dilakukan pengamatan burung ini memakan waktu 3--4 jam dan berjalan beribu langkah sehingga semua aspek terpenuhi untuk melakukan pengamatan burung,” kata Ellena di Jakarta, Ahad.
Petualangan berikutnya, dengan meneliti setiap burung hasil potret sang penulis di asrama sekolah dengan mengilustrasikan kembali burung-burung yang ditemui, termasuk membuat tulisan refleksi per burung yang diamati.
Baca juga: Plt Bupati bangga Bogor jadi habitat satwa yang jadi lambang negara
Hal itu dilakukannya pada saat pandemi COVID-19 dengan segala pembatasannya. Ellena menyibukkan diri dengan menggambar, mewarnai burung demi burung setelah berjam-jam setelah mengamati burung di taman-taman.
Uniknya, Ellena tak hanya menjadi penulis dalam bukunya. Ia juga menggambar sendiri berbagai jenis burung di dalam buku karyanya. Termasuk informasi detail mengenai lokasi tempat tinggal setiap burung di Asia Tenggara.
Buku tersebut merupakan panduan komprehensif untuk berbagai spesies burung yang ditemukan di Singapura, dengan fokus pada karakteristik, perilaku, makanan dan habitat unik para burung, serta pengalaman pribadi penulis saat berinteraksi dengan burung-burung tersebut.
Dalam menulis, Ellena menggunakan metode pendekatan bercerita sebagai seorang remaja berusia 18 tahun, yang diharapkan semua anak remaja maupun siapa pun bisa menjadi suka membaca. Ada emosi yang dibangun dalam setiap halaman dari buku itu. Baik dari tulisan maupun gambar yang hidup.
Misalnya, dalam buku tersebut Ellena berbicara mengenai pengalamannya berinteraksi dengan yellow vented bulbul atau merbah cerukcuk, yang mudah hidup di sebagian wilayah Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, hingga Thailand.
Baca juga: Dokter lestarikan burung kuau kerdil Sumatera
Ia bertemu dengan burung dengan warna kuning pada bagian ekornya itu saat pulang dari sekolah dan terkesima dengan keindahan suara burung tersebut. Burung jenis pengicau tersebut terbang dari satu semak-semak ke semak-semak yang lain dan berkicau merdu. Burung jinak tersebut terbang ke arahnya dan berhenti sejenak di sekitar Ellena sebelum kemudian terbang dan hilang dari pandangan.
“Hari itu merupakan hari yang luar biasa,” tulis Ellena.
Lain lagi kisahnya berinteraksi dengan burung javan myna atau jalak kebo yang didominasi warna abu-abu gelap. Burung tersebut berasal dari Jawa dan migrasi ke wilayah Sumatera, Singapura, Malaysia, hingga Myanmar.
Dalam buku itu, Ellena menuliskan burung itu seperti “bola berbulu”. Ia juga mengungkapkan alasan mengapa banyak orang tidak menyukai burung tersebut karena kegemaran burung tersebut mencuri makanan. Akan tetapi, penulis berusaha untuk mencoba menyukai burung jalan tersebut saat bertemu di taman. Burung tersebut mendekatinya untuk mengambil makanannya, penulis lalu segera menghabiskan makanannya. Namun, burung jalak itu tetap di situ berkicau dan menggembung dan menggembung lagi seperti “bola berbulu”.
“Saya merasa sangat beruntung pada hari itu,” tulisnya lagi.
Buku tersebut dipublikasikan oleh Singapore Asia Publishers Pte Ltd. dan didistribusikan Netasia Singapore. Untuk Indonesia, buku tersebut diterbitkan ASTA Mentari Group.
Baca juga: Mengenal jalur pengamatan burung endemik di Taman Nasional Lore Lindu
Sebagian keuntungan dari penjualan akan didistribusikan untuk membantu menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya. Dalam waktu dekat, ia juga berencana untuk membuat buku terkait kehidupan burung di Indonesia.
“Saya sangat senang untuk berbagi kecintaan saya pada burung dengan orang lain melalui buku ini. Saya harap buku ini akan menginspirasi orang lain untuk menghargai dan merawat makhluk yang luar biasa ini, dan bergabung dengan saya dalam menjelajahi keajaiban dunia burung,” harap Ellena lagi.
Wakili Indonesia
Pada saat peluncuran buku tersebut, Ellena juga mendapatkan kabar gembira dari panitia seleksi Biennial of Illustration Bratislava 2023 bahwa karya Ellena dinyatakan lolos mewakili Indonesia pda kompetisi Ilustrasi 29th Biennial of Illustration Bratislava 2023 yang akan diikuti lebih dari 300 ilustrator dari 40 negara.
Biennial of Illustration Bratislava 2023 merupakan kompetisi dunia bagi ilustrator dunia. Kompetisi itu akan diselenggarakan di Slowakia pada Oktober hingga Desember 2023.
Ellena menamatkan pendidikannya di Sekolah Dasar Lentera Internasional School di Jakarta, Sekolah Menengah Pertama (SMP Santa Ursula Jakarta), SMA IB Diploma Saint Joseph Institute International di Singapura, dan lulus tahun 2022. Saat ini, ia merupakan calon mahasiswa dari University of Sydney dengan double major di Studi Lingkungan, Sains, dan Seni Visual, yang akan memulai perkuliahan pada pertengahan Februari 2023.
Menariknya, dalam sambutannya, selain berterima kasih kepada banyak orang yang membantunya, Ellena tak lupa mengucapkan terima kasih pada guru-gurunya. Khususnya guru seni dan juga guru Bahasa Indonesia di sekolahnya yang telah membantunya mengenali potensi dirinya dalam bidang seni dan kecintaannya akan dunia burung.
Para gurunya di sekolah menengah mampu membantu dirinya untuk mengenali potensi dirinya. Bukankah tugas seorang pendidik memang seperti itu? Bukan malah menjejali dengan banyak materi tapi alpa membantu peserta didik mengenali potensi dirinya.